MarketNews.id Tetap optimistik baik dari kalangan Pemerintah maupun swasta, bahwa pertumbuhan ekonomi RI sepanjang 2023 diprediksi sebesar 5,2 persen dan di 2024 sebesar 4,9 persen. Melemahnya pertumbuhan di 2024 dikaitkan tahun politik dimana pemilihan Presiden dan DPR akan jadi stimulus atau penghambat lajunya pertumbuhan ekonomi.
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun ini tetap diproyeksikan sebesar 5,2 persen (year-on-year), sedangkan di 2024 diperkirakan 4,9 persen.
“PDB Indonesia melambat menjadi 4,9 persen (y-o-y) pada kuartal III di tengah kemerosotan belanja publik,” kata Macroeconomic Analyst PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), Irman Faiz, dalam keterangan tertulis, Senin 6 Nopember 2023.
Meski tingkat pertumbuhan umum mengalami perlambatan, penting untuk dicatat bahwa komponen-komponen yang mendasari perekonomian tetap kuat. Konsumsi rumah tangga dan investasi mempertahankan pertumbuhan yang kuat pada periode Juli-September, melampaui angka 5 persen bahkan setelah musim liburan.
Memasuki kuartal keempat, liburan akhir tahun diharapkan dapat menstimulasi belanja negara dan berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. “Selain itu, belanja pemerintah diperkirakan pulih pada kuartal keempat, untuk mencapai target penyerapan anggaran,” ujar Irman.
Pada kuartal ketiga, konsumsi rumah tangga tumbuh 5,1 persen (y-o-y), kembali ke tren yang lebih stabil dibandingkan lonjakan sebesar 5,2 persen d triwulan sebelumnya. Pergeseran konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi sekitar 2,6 persen terhadap pertumbuhan PDB secara keseluruhan pada kuartal ketiga, sedikit turun dari 2,8 persen pada kuartal sebelumnya.
Sementara itu, belanja pemerintah mengalami kontraksi -3,8 persen (y-o-y) dan memberikan dampak negatif -0,3 persentase poin terhadap pertumbuhan PDB secara keseluruhan.
Sementara, investasi tetap menunjukkan kenaikan yang kuat, mencatat pertumbuhan 5,8 persen (y-o-y) pada kuartal ketiga, menandai peningkatan signifikan dari pertumbuhan sebesar 4,6 persen (y-o-y) pada kuartal sebelumnya.
Peningkatan investasi tetap ini terutama didorong investasi publik pemerintah, terutama pada proyek-proyek yang berkaitan dengan ibu kota dan inisiatif strategis lainnya.
Melihat lebih dekat dinamika sektoral, terlihat jelas bahwa kemunduran yang paling menonjol terjadi pada sektor tersier, meliputi transportasi, pergudangan, dan perdagangan. Sektor-sektor tersebut mengalami pelemahan menyusul lonjakan pada musim libur nasional kuartal kedua.
Sebaliknya, sektor manufaktur dan konstruksi memainkan peran penting dalam mendorong pertumbuhan secara keseluruhan.
Sektor manufaktur menunjukkan kinerja yang solid, dengan pertumbuhan 5,2 persen (y-o-y), naik dari 4,9 persen pada kuartal kedua 2023, yang menunjukkan ketahanan dalam menanggapi kuatnya konsumsi rumah tangga.
Sementara itu, sektor konstruksi mengalami pertumbuhan cukup besar, melesat 6,4 persen (y-o-y), peningkatan signifikan dari pertumbuhan 5,2 persen pada kuartal sebelumnya. “Lonjakan ini disebabkan perluasan kegiatan investasi tetap,” tutur Irman.