MarketNews.id Indonesia kembali catat rekor dalam 29 bulan berturut-turut capaian Purchasing Managers Index (PMI) di zona ekspansif pada Januari 2024 di level 52,9. Prestasi ini di Asia hanya di alami oleh Indonesia dan India. Posisi PMI Indonesia menunjukkan bahwa kondisi sektor manufaktur terus membaik dan tetap ekspansif meski di tahun Pemilu.
S&P Global merilis hasil laporannya terkait realisasi Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Januari 2024 di level 52,9 poin. Capaian ini naik dibanding Desember 2023 yang menyentuh posisi 52,2 poin.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, Indonesia dan India kembali menorehkan kinerja industri manufaktur di awal tahun ini. Dengan laporan S&P Global tersebut, Industri di Indonesia dan India konsisten di zona ekspansif dalam 29 bulan terakhir.
“Kinerja positif tersebut menunjukkan bahwa kondisi sektor manufaktur kita terus membaik. Capaian PMI Manufaktur Indonesia ini memperpanjang periode ekspansi. Dan hanya ada dua negara, yakni Indonesia dan India yang mampu mempertahankan selama 29 bulan berturut-turut,” kata Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Kamis 1 Pebruari 2024.
Sementara itu capaian PMI di beberapa negara tetangga dan mitra dagang Indonesia seperti China di level 50,8 poin, Jerman 45,4 poin, Jepang 48 poin, Amerika Serikat 50,3 poin. Kemudian Korea Selatan 51,2 poin, Malaysia 49 poin, Myanmar 44,3 poin, Filipina 50,9 poin, Taiwan 48,8 poin, Thailand 46,7 poin, Inggirs 47,3 poin dan Vietnam 50,3 poin.
Agus menegaskan, meski di tengah tahun politik yaitu Pemilihan Umum (Pemilu), sinyal positif industri manufaktur Indonesia tetap positif. Tingkat kepercayaan yang tinggi dari para pelaku industri menunjukkan bahwa sektor industri tetap solid dalam menjalankan usahanya karena didukung oleh kebijakan yang probisnis.
Selain itu, sektor industri manufaktur Indonesia terbukti tangguh (resilience) dalam menghadapi tantangan ekonomi dan politik saat ini.
“Biasanya di tengah suasana politik seperti Pemilu, optimisme pelaku usaha banyak yang wait and see atau ditahan. Tetapi untuk tahun 2024 ini, optimisme mereka cukup tinggi,” jelasnya.
Seandainya saja program harga gas bumi tertentu ( HGBT ) bisa berjalan dengan baik, Agus yakin tingkat optimisme dari pelaku industri makan jauh lebih tinggi. Diakuinya, sampai saat ini implementasi kebijakan HGBT untuk industri masih belum optimal.
Contohnya realisasi penyaluran alokasi gas industri tertentu untuk pengguna HGBT di Jawa Timur kerap kurang dari jumlah alokasi yang ditetapkan.
Padahal, alokasi volumenya sudah diatur dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ( ESDM ) Nomor 91.K/MG.01/MEM.M/2023 tentang Pengguna Gas Bumi Tertentu dan Harga Gas Bumi Tertentu.
“Insentif HGBT untuk sektor industri ini memang sangat mutlak dilakukan karena dapat menarik investasi masuk ke Indonesia.
Dengan upaya ini, tentunya total kapasitas produksi industri kita akan menjadi lebih optimal, sehingga dapat memenuhi permintaan pasar domestik dan ekspor” papar Agus.