MarketNews.idTidak jauh berbeda dengan tarif tol yang Naik setiap dua tahun sekali, cukai rokok tahun 2024 mendatang juga akan dinaikan kembali oleh Pemerintah pada level 11 persen. Kenaikan tarif cukai ini otomatis akan menaikan harga rokok.
Meskipun harga rokok terus naik, tapi konsumen rokok tidak ada yang protes. Dampak dari kenaikan harga rokok, konsumsi rokok jadi menurun lantaran saya beli yang berkurang.
PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dalam sembilan bulan pertama tahun ini sudah mengalami penurunan volume penjualan signifikan.Hingga September 2023, volume penjualan GRGM hanya mencapai 47,3 miliar batang. Padahal September tahun lalu emiten rokok ini masih mampu menjual 63,1 miliar batang. Turun hingga 16 miliar batang rokok.
PT Gudang Garam Tbk (GGRM) berencana merespons kenaikan tarif cukai hasil tembakau di 2024 dengan menaikkan harga secara proporsional. Langkah ini untuk menghindari lonjakan beban pokok penjualan yang pada akhirnya akan menggerus laba bersih.
“Setiap kenaikan cukai adalah penambahan biaya atau beban. Kalau tidak diikuti dengan kenaikan harga, secara otomatis akan mengakibatkan turunnya keuntungan. Kenaikan (cukai) tahun depan berada pada level 11 persen,” kata Direktur GGRM, Heru Budiman saat pelaksanaan Public Expose Live 2023, Kamis 30 Nopember 2023.
Namun demikian, kata Heru, sejauh ini GGRM tidak pernah mengumumkan kenaikan harga rokok yang disebabkan oleh adanya kebijakan kenaikan tarif cukai hasil tembakau. “Kenaikan harga (rokok) itu, kalau tidak langsung diterapkan secara proporsional, maka akan menggrus keuntungan,” tegasnya.
Dia menjelaskan, upaya merespons kenaikan tarif cukai hasil tembakau tidak bisa semata-mata menghindari tergerusnya laba bersih, karena GGRM juga dihadapkan pada pabrikan rokok lainnya di golongan yang sama dan produsen rokok skala kecil dengan cukai lebih rendah.
“Tetapi kinerja untuk tahun 2024, minimal sudah ada gambaran dari pemerintah yang mengatakan bahwa kenaikan (cukai) di 2024 itu sebesar 11 persen. Hal ini relatif memberikan suatu kepastian, namun tergantung juga dari perkembangan buying power,” papar Heru.
Menurut Heru, pada periode Januari-September 2023, volume penjualan GGRM hanya 47,3 miliar batang atau mengalami penurunan dibanding periode yang sama di 2022 sebanyak 63,1 miliar batang, karena adanya penurunan daya beli masyarakat.
GGRM hingga kuartal III 2023 berhasil membukukan kenaikan laba bersih sebesar Rp4,45 triliun. Angka ini naik 197,6 persen dibandingkan periode yang sama 2022 sebesar Rp1,49 triliun.
Namun, pendapatan penjualan tercatat turun 13 persen menjadi Rp81,75 triliun pada kuartal III-2023, dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp93,92 triliun. Disisi lain, GGRM berhasil menurunkan biaya pokok penjualan sebesar 18,4 persen dari Rp86,23 triliun pada kuartal III-2022 menjadi Rp70,33 triliun pada kuartal III-2023.
Sementara, laba kotor tercatat naik 48,5 persen menjadi Rp11,42 triliun pada kuartal III-2023 dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp7,69 triliun.
Menurut Heru Budiman, pencapaian tersebut diraih di tengah persaingan pasar yang ketat dan turunnya volume penjualan industri rokok sebesar 8,7 persen (berdasarkan riset pasar Nielsen), yang disebabkan naiknya harga jual rokok sementara daya beli konsumen masih tertekan.