Marketnews.id Konflik Rusia-Ukraina telah membuat meningkatnya komoditas ekspor yang dimiliki oleh Indonesia sebagai produsen batubara, sawit dan bahan tambang lainnya.
Hasil jejak pendapat yang dilakukan oleh Reuters, perkiraan median dari 15 analis didapat prediksi akan terjadi surplus perdagangan Indonesia naik jadi USD1,66 miliar pada Pebruari 2022. Perkirakan ini memang sudah dapat diprediksi. Dan surplus perdagangan ini akan terus berlangsung hingga bulan Mei mendatang.
Pertumbuhan ekspor Indonesia kemungkinan meningkat pada Februari karena harga komoditas yang tinggi. Konflik Ukraina-Rusia memicu kekhawatiran akan tekanan pasokan dan Jakarta mencabut larangan ekspor batu bara.
Perkiraan median dari 15 analis dalam jajak pendapat Reuters memprediksi surplus perdagangan Indonesia melebar menjadi USD1,66 miliar pada Februari, naik dari sekitar USD930 juta pada Januari.
Reuters, Senin 14 Maret menyebutkan, Indonesia telah menikmati ledakan ekspor yang didorong oleh siklus kenaikan harga komoditas, yang memungkinkannya untuk berturut-turut mencatatkan surplus perdagangan bulanan sejak Mei 2020.
Ekspor Februari diperkirakan melonjak 37,32% secara tahunan, lebih tinggi dari kenaikan Januari 25,31% (yoy). Sementara itu, impor Februari terlihat naik 40,04% (yoy), dibandingkan dengan 36,77% di bulan sebelumnya.
Analis ANZ, yang memperkirakan surplus perdagangan USD2,65 miliar untuk Februari, mengatakan, ekspor menerima dorongan dari pencabutan larangan ekspor batubara, serta kenaikan harga komoditas seperti batubara dan minyak sawit.
Indonesia, pengekspor batubara termal terbesar di dunia, pada Januari lalu menghentikan pengiriman batubara karena tingkat persediaan yang rendah di pembangkit listrik domestik. Larangan tersebut menyebabkan penurunan nilai ekspor batubara senilai USD2 miliar.
Para analis sebelumnya memperkirakan moderasi harga komoditas tahun ini, tetapi ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan perang di Ukraina dapat memperpanjang ledakan harga komoditas, yang akan membantu posisi transaksi berjalan Indonesia sepanjang tahun ini.
“Kemungkinan neraca berjalan 2022 akan mencatat defisit yang lebih kecil dari perkiraan awal kami sebesar -2,15% dari PDB,” kata Faisal, kepada Reuters. Indonesia mencatat surplus transaksi berjalan setara dengan 0,3% dari PDB pada tahun 2021.
“Lamanya konflik Rusia-Ukraina akan menentukan masalah ini.”