Marketnews.id Pilihan investasi di pasar modal Indonesia sangat beragam jenisnya. Mulai dari investasi dalam saham, obligasi, pasar uang. Saking beragam nya pilihan investasi itu, tentu membuat investor pemula gamang. Mana tempat investasi yang cocok buat pemodal pemula dengan keterbatasan modal sebagai generasi milenial.
Praktisi dan inspirator investasi, Ryan Filbert merekomendasikan agar rencana investasi jangka panjang dilakukan dengan memilih instrumen reksa dana saham. Sedangkan investasi untuk jangka pendek atau kurang dari tiga tahun disarankan membeli rekda dana pasar uang.
“Reksa dana saham paling cocok untuk investasi dengan jangka waktu selama sepuluh tahun ke depan,” kata Ryan saat diskusi webinar bertajuk “Find Your Own Fun(d)!” dalam acara FestiFund 2020 yang digelar PT Indo Premier Sekuritas di Jakarta, Minggu (4/10).
Berdasarkan data yang dihimpun selama 2010-2020, jelas Ryan, tidak ada reksa dana pasar saham yang mencatatkan kinerja negatif untuk investasi dalam jangka waktu selama sepuluh tahun. “Tetapi, untuk yang jangka waktu lima tahun masih ada reksa dana saham yang mencatatkan kinerja negatif,” ucapnya.
Lebih jauh Ryan mengungkapkan, pada dasarnya ada jenis reksa dana yang tepat dimiliki untuk investasi jangka panjang dan ada pula reksa dana yang mampu membukukan pertumbuhan positif untuk investasi jangka pendek. “Bila berinvestasi di reksa dana saham tidak untuk jangka panjang, maka ada potensi minus. Walaupun ada juga yang positif di jangka pendek,” tegas Ryan.
Sementara itu, lanjut Ryan, untuk investasi jangka pendek yang kurang dari tiga tahun sebaiknya memilih reksa dana pasar uang, sedangkan untuk rentang investasi selama 3-5 tahun bisa memiliki reksa dana campuran.
“Jadi dalam berinvestasi, yang dilihat adalah kesesuaian antara teori dan kenyataan. Bukan hanya melihat top return di waktu tertentu,” imbuhnya.
Meski demikian, kata Ryan, tidak ada salahnya berinvestasi pada instrumen reksa dana pasar uang dengan rentang jangka panjang. “Reksa dana pasar uang paling cocok untuk investasi jangka pendek. Karena berdasarkan data saya selama sepuluh tahun, tidak ada potensi negatif,” ujar Ryan.
Dia mengatakan, jika muncul keraguan bagi calon investor awam untuk menempatkan modal di reksa dana akibat belakangan ini ada kasus suspensi terhadap sejumlah Manajer Investasi (MI), tentunya kondisi tersebut bukan mencerminkan kondisi umum industri pengelolaan reksa dana.
“Orang awam yang ingin menempatkan modal di instrumen investasi memang sebaiknya memilih produk reksa dana, dan disesuaikan dengan jangka waktu berinvestasi. Manajer Investasi yang akan akan mengelolanya. Seperti kita menumpang pesawat, kita tidak bisa mengemudikannya, tetapi kita mempercayakannya kepada pilot,” papar Ryan.
Dia mengatakan, terkait penurunan tajam pada kinerja reksa dana saham di 2019 dan 2020, seharusnya bisa disikapi oleh para investor dengan menurunkan persentase ekspektasi return , agar bisa sesuai dengan tujuan keuangan.
“Selanjutnya, naikkan jumlah investasi. Agar bisa mengejar selisih target yang tidak bisa dicapai,” ungkapnya.
Ryan juga menyarankan agar berinvestasi di reksa dana pada saat kondisi pasar sedang dibayangi berita atau sentimen buruk. “Berdasarkan data saya, orang yang membeli reksa dana di saat ada berita baik, hasilnya buruk. Bahkan orang yang melakukan pembelian secara disiplin juga lebih buruk daripada orang yang membeli di saat ada berita buruk,” katanya.