Marketnews.is Di tengah pendemi Covid-19 ini, jarang perusahaan properti membangun proyek baru. Yang ada saat ini, sektor usaha properti justru menggenjot penjualan produk yang sudah terbangun, serta melakukan berbagai efisiensi agar kinerja dapat terus bertahan. PT Summarecon Agung Tbk, misalnya, pertengahan Oktober mendatang akan meresmikan proyek teranyarnya yaitu Kota Mandiri Summarecon Bogor.
PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) optimistis bisa meraih target marketing sales tahun ini Rp2,5 triliun, lantaran pada 17 Oktober 2020 perseroan akan melakukan launching kota mandiri Summarecon Bogor yang berada di atas lahan seluas 500 hektare di Bogor, Jawa Barat.
Menurut Direktur Utama SMRA, Adrianto P Adhi, kondisi pandemi Covid-19 memaksa perseroan untuk mengoreksi target prapenjualan 2020 menjadi Rp2,5 triliun dari sebelumnya ditargetkan Rp4 triliun pada awal tahun ini. Pada 2019, SMRA berhasil meraih marketing sales Rp4,2 triliun atau lebih besar dari target Rp4 triliun.
“Kami optimistis bisa meraih target marketing sales 2020 sebesar Rp2,5 triliun. Sebelumnya, awal tahun ini kami meyakini kebangkitan industri properti, tetapi pada Maret terjadi pandemi,” kata Adrianto, di Jakarta, Selasa (29/9), saat konferensi pers terkait rencana launching Summarecon Bogor.
Adrianto memperkirakan, realisasi marketing sales SMRA pada akhir September 2020 mencapai Rp1,9 triliun. “Angka Rp1,9 triliun itu sudah mendekati target Rp2,5 triliun, apalagi dengan adanya Summarecon Bogor, kami sangat optimistis bisa mencapai target marketing sales tahun ini,” ucapnya.
Dia menyebutkan, kontribusi terbesar atas raihan marketing sales senilai Rp1,9 trililiun tersebut berasal dari Summarecon Serpong, mencapai 50 persen. Sedangkan selebihnya disumbang Summarecon Kelapa Gading, Summarecon Bekasi, Summarecon Bandung dan Summarecon Makassar. “Dengan adanya Summarecon Bogor, maka kami semakin optimistis untuk mencapai target,” kata dia.
Namun demikian, Adrianto mengaku, sepanjang tahun ini bisnis properti sangat berat, akibat pandemi Covid-19. “Kami di industri telah mengusulkan agar PPN dan BPHTB diberi keringan. Ini akan membuat kami semakin optimistis. Memang sebelumnya pemerintah memberikan beberapa stimulus untuk mendorong industri properti,” tuturnya.
Pada kesempatan yang sama Direktur SMRA, Herman Nagaria, mengatakan pengembangan Summarecon Bogor yang menelan dana investasi Rp20 triliun bekerja sama dengan Honda Imora Group. “Kepemilikan Honda Imora sebesar 49 persen dan Summarecon 51 persen,” ungkap Herman.
Dia menyebutkan, pada tahap awal pengembangan Summarecon Bogor sebagai kota mandiri ke-6 milik SMRA, luas lahan hanya sekitar 250 hektare, namun saat ini sudah mencapai 500 hektare.
“Salah satu syarat ideal untuk mengembangkan township adalah luas lahan setidaknya 500 hektare,” ujar Herman.
Sementara itu, menurut Direktur SMRA, Sharif Benjamin, kota mandiri Summarecon Bogor memiliki akses tol sendiri, yakni Pintu Tol Bogor Selatan yang kawasannya bersebelahan dengan Kota Bogor. Manajemen SMRA mengaku, saat ini realisasi belanja modal (capex) untuk proyek tersebut tidak kurang dari Rp1 triliun.
Pada tahap awal penjualan unit hunian, kata Benjamin, SMRA menawarkan tiga klaster, yakni Mahogany Residence sebanyak 321 unit, Mahogany Island berupa kavling sebanyak 37 unit dan The Agathis sebanyak 198 unit. “Lahan yang terserap untuk unit-unit ini seluas 20 hektare dengan kisaran harga Rp1,3 miliar-5 miliar per unit,” katanya.