Marketnews.id Penyertaan Modal Pemerintah (PMN) ke PT Hutama Karya sebesar Rp 11 triliun akan digunakan untuk menggerakkan roda perekonomian di wilayah Sumatera. Sebagai mana tertuang dalam PP no.23 tahun 2020, PMN yang diperoleh dari Pemerintah akan digunakan untuk mendukung program Pemulihan Ekonomi Nasional.
PT Hutama Karya (Persero) akan mengoptimalkan penggunaan Penyertaan Modal Negara (PMN) tahun 2020 sebesar Rp11 triliun untuk menggerakkan roda perekonomian Sumatra.
Hutama Karya akan menyinergikan Proyek Strategis Nasional (PSN) Jalan Tol Trans Sumatera ( JTTS ) dengan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Executive Vice President Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Muhammad Fauzan, mengatakan bahwa PMN yang diperoleh sejumlah BUMN akan digunakan untuk mendukung program PEN sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2020.
Kebijakan ini sebagai respon atas penurunan aktivitas masyarakat yang berdampak pada ekonomi khususnya sektor informal atau Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ( UMKM ).
“Hutama Karya akan mengacu Peraturan Presiden Nomor 117 Tahun 2015 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera ( JTTS ) dalam rangka pengembangan kawasan di Pulau Sumatra,” kata Muhammad Fauzan dalam keterangan resmi, Senin (10/8).
Melalui PMN dengan total Rp 11 Triliun di tahun 2020 ini, Hutama Karya akan mempercepat penyelesaian pembangunan JTTS demi memajukan perekonomian Indonesia. Sesuai dengan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), pembangunan di Indonesia tidak lepas dari posisinya yang berada dalam dinamika regional dan global.
Secara geografis, Indonesia terletak di Kawasan Timur Asia (termasuk Asia Tenggara) yang merupakan jantung pertumbuhan ekonomi dunia. Indonesia menjadi negara dengan luas kawasan terbesar, penduduk terbanyak dan sumber daya alam terkaya, salah satunya berada di Pulau Sumatera.
“Sumatera menjadi sentra produksi dari pengolahan hasil bumi dan juga lumbung energi nasional. Kegiatan perekonomian utama Sumatra saat ini berfokus pada kelapa sawit, karet, batu bara, perkapalan dan besi baja. Tersambungnya JTTS nanti mulai dari Lampung hingga Banda Aceh kami harapkan dapat memfasilitasi pengolahan potensi sumber daya, sehingga Sumatra dapat menjadi mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena pengembangan kegiatan ekonomi utama juga memerlukan konektivitas (infrasruktur),” terang Fauzan.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa konektivitas di Sumatera perlu didukung agar pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak hanya bertumpu di Pulau Jawa, namun merata ke berbagai wilayah sehingga keseimbangan kondisi infrastruktur dapat tercapai. Hadirnya infrastruktur jalan di Sumatra akan banyak memberikan dampak positif kepada masyarakat serta meningkatkan produktivitas kegiatan ekonomi.
“Sebagai contoh kelapa sawit, tingkat produksi Crude Palm Oil (CPO) ini sangat bergantung pada waktu tempuh karena kualitas Tandan Buah Segar (TBS) akan menurun dalam 48 jam setelah pemetikan. Namun dengan adanya JTTS , waktu tempuh menjadi singkat sehingga mampu meningkatkan kapasitas serta kualitas tak hanya kelapa sawit namun sumber daya alam lainnya,” tutup Fauzan.
Saat ini Hutama Karya telah resmi menerima PMN sebesar Rp11 triliun di tahun 2020. BUMN konstruksi ini memastikan akan terus mendukung program-program pemerintah Indonesia utamanya melalui sektor pembangunan infrastruktur.
Adapun hingga saat ini, Hutama Karya telah menjalankan penugasan pemerintah dengan membangun Jalan Tol Trans Sumatera ( JTTS ) sepanjang 771 KM dengan 368 KM ruas tol yang telah beroperasi secara penuh, diantaranya ruas Medan Binjai Seksi 2 & 3 (17 Km), ruas Bakauheni – Terbanggi Besar (140 Km), ruas Palembang – Indralaya (22 Km), ruas Terbanggi Besar – Pematang Panggang – Kayu Agung (189 Km).