Marketnews.id Industri rokok termasuk industri yang relatif kebal terhadap pendemi covid-19. Buktinya PT Indonesian Tobacco Tbk mampu meraih peningkatan laba hingga 324,39 persen. Suatu prestasi tersendiri di saat pendemi ini.
Sepanjang semester I-2020, PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) mencatatkan kinerja yang gemilang.
Adapun laba periode berjalan ITIC meroket 324,39% secara tahunan atau year-on-year (yoy) dari semula Rp 1,08 miliar di semester I-2019 menjadi Rp 4,59 miliar di semester I-2020. Seiring dengan pertumbuhan laba bersih, marjin bersih ITIC juga terungkit dari semula 1,36% pada semester I-2019 menjadi 4,54% di semester I-2020.
Menurut CEO ITIC , Djonny Saksono, pertumbuhan laba bersih didorong oleh pertumbuhan pendapatan. Penjualan dan pendapatan ITIC melesat 27,39% yoy menjadi Rp 100,93 miliar di semester I-2020. Padahal penjualan dan pendapatan ITIC hanya mencapai Rp 79,23 miliar pada semester I-2019 lalu.
Di sisi lain, pertumbuhan laba bersih juga didorong oleh upaya kontrol biaya secara berkelanjutan yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini tercermin dari meningkatnya profitabilitas perusahaan dari sisi operasional.
Sepanjang Januari – Juni 2020 lalu, laba kotor ITIC tumbuh 37,82% yoy menjadi Rp 29,36 miliar di semester I 2020. Seiring dengan hal tersebut, laba usaha ITIC juga tumbuh 33,15% yoy menjadi Rp 18,86 miliar sehingga marjin usaha ITIC ikut terungkit menjadi 18,68% di semester I 2020.
Sebelumnya marjin usaha ITIC tercatat sebesar 17,88% pada semester I 2019 lalu. Kedua faktor di atas menjadi penopang bagi pertumbuhan laba bersih perusahaan di enam bulan pertama.
“Selain itu, dengan tidak adanya biaya one-time , terutama yang berkaitan dengan ketentuan IPO dan pinjaman bank, perusahaan memiliki lebih banyak peluang dalam mempertahankan profitabilitasya,” terang Djonny seperti dikutip KONTAN, Selasa (4/8).
Ke depannya, ITIC optimis masih mampu mencatatkan kinerja yang baik di semester kedua tahun ini. Apalagi ITIC mengendus peluang pasar dari pajak cukai yang tinggi untuk produk tembakau serta penurunan daya beli yang ada pada masyarakat. Kedua hal tersebut dipercaya bisa memberi peluang bagi produk tembakau iris yang memang memiliki harga kompetitif.
Oleh karenanya, ITIC masih akan terus menggenjot penjualan dengan cara memperkuat saluran distribusi yang sudah ada serta mengembangkan jaringan distribusi penjualan ke area baru.
ITIC hingga tutup tahun 2020 masih mengejar target pertumbuhan pendapatan sekitar 20% dibanding realisasi tahun 2019 lalu.
Adapun, per 30 Juni 2020, posisi aset ITIC berada di angka Rp 473,41 miliar atau sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan posisi aset per 31 Desember 2019 yang tercatat berada di posisi Rp 447,81 miliar. Aset ITIC per 30 Juni 2020 terdiri atas total liabilitas sebesar Rp202,97 miliar dan ekuitas sebesar Rp270,44 miliar.