MarketNews.id Bisnis energi terbarukan belakangan ini sedang naik daun. Banyak stimulus dijanjikan akan diberikan kepada pengusaha yang menjalankan bisnis energi terbarukan ini.
Keberhasilan anak usaha Pertamina lewat IPO PT Geothermal Enery Tbk (PGEO), menarik perusahaan sejenis mempersiapkan diri seperti PT Barito Rewenable Energy yang akan melepas, lebih dari 4,5 miliar lembar saham dengan bidik dana IPO sebesar Rp 3,5 triliun.
Unit usaha energi terbarukan milik konglomerat Prajogo Pangestu, PT Barito Renewables Energy Tbk ( BREN ) siap menggelar hajatan besar berupa penawaran umum perdana ( initial public offering /IPO) saham.
Dalam aksi ini, BREN bakal melepas sebanyak 4,5 miliar saham baru atau setara 3,35 persen dari modal disetor. Praktis, setelah IPO, jumlah saham berkode BREN tersebut akan bertambah menjadi 134,27 miliar dari sebelumnya 129,77 miliar.
Dengan mematok harga pelaksanaan sebesar Rp 670-780 per saham, anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) ini berpeluang menghimpun dana sebesar Rp 3,5 triliun. Asumsinya, jika harga IPO diambil pada posisi Rp 780 per saham maka kapitalisasi pasar ( market cap ) Barito Renewables Energy mencapai Rp 104,7 triliun.
Market cap tersebut jauh melampaui kapitalisasi pasar PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) pada saat IPO yang sebesar Rp 36,2 triliun. Kala itu, PGEO mematok harga penawaran sebesar Rp 875 per saham dengan jumlah saham selepas IPO sebanyak 41,3 miliar saham.
Di atas kertas, baik BREN maupun PGEO, merupakan sama-sama perusahaan yang concern di bidang energi panas bumi. BREN mengendalikan entitas usaha PT Star Energy Group Holdings Pte Ltd yang menaungi beberapa operator geotermal seperti Star Energy Geothermal (SEG) Pte Ltd, SEG Philippines BV, dan SEG Netherlands yang di antaranya membawahi aset operasional geothermal Wayang Windu, Salak, dan Darajat.
Sementara itu, PGEO juga merupakan perusahaan panas bumi yang sedang getol menambah kapasitasnya. Tak tanggung-tanggung, anak usaha Pertamina ini mencanangkan pengembangan proyek panas bumi hingga 1 gigawatt pada dua tahun mendatang. Ini sekaligus sebagai upaya perseroan mendukung program pemerintah mencapai target pencapaian sebesar 23 persen EBT dalam bauran energi nasional pada 2025 dan Net Zero Emission pada 2060.
BREN berencana melangsungkan masa penawaran awal pada 18-25 September 2023, tanggal efektif pada 27 September 2023 dan masa penawaran umum perdana saham pada 2-4 Oktober 2023.
Sedangkan tanggal penjatahan dilaksanakan pada 4 Oktober 2023, distribusi saham secara elektronik pada 5 Oktober 2023, dan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Oktober 2023.
Dari aksi penggalangan dana publik tersebut, BREN membidik dana sebesar Rp 3,5 triliun dan hasilnya akan menjadi setoran modal ke anak usaha, Star Energy Group Holding (STAR).
Rinciannya, STAR bakal menggunakan sebanyak US$158 juta untuk melunasi sebagian utang fasilitas B kepada Bangkok Bank Public Compay Limited (Bangkok Bank).
Lalu, sebesar US$ 66,5 juta dipakai untuk membayar kewajiban kepada Star Oil and Gas Pte Ltd ( SEOG ), dan sebesar US$ 6 juta digunakan untuk mengembalikan uang muka kepada perseroan.
Bertindak sebagai pelaksana emisi efek dalam IPO BREN ini adalah PT BNI Sekuritas dan penjamin emisi efek akan ditentukan kemudian.
Berdasarkan laporan keuangan yang berakhir pada 31 Maret 2023, emiten yang akan memakai kode saham BREN ini membukukan pendapatan sebesar US$ 147 juta dan mencetak laba periode tahun berjalan sebesar US$ 39,6 juta pada kuartal I-2023.