Marketnews.id Inilah restrukturisasi utang Badan Usaha Milik Negara (BUMN)terbesar sepanjang sejarah BUMN.
Yang lebih miris lagi, kreditur terbesar justru datang dari bank milik BUMN, yang jumlahnya separoh dari jumlah keseluruhan utang yang di restrukturisasi. Bukan tidak mungkin, kreditur dengan sangat terpaksa menjadwalkan kembali pembayaran utang PT Krakatau Steel karena sesama BUMN.
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. menyepakati restrukturisasi utang dengan 10 bank senilai US$2.005.636.024 atau setara Rp27,4 triliun (Kurs Rp.13.664).
Berdasarkan rilis resmi yang dikeluarkan oleh Krakatau Steel, Selasa (28/1/2020), 10 bank yang melakukan restrukturi utang ini mencakup bank pemerintah dan bank swasta. Kreditur terbesar dalam restrukturisasi itu adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. dengan kredit sebanyak US$618,28 juta atau Rp8,4 triliun.
Kreditur KRAS terbesar kedua yang melakukan restrukturisasi yakni PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. senilai US$425,92 juta. Selanjutnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. juga menyalurkan kredit dengan nilai US$337,39 juta.
Perbankan swasta yang melakukan penjadwalan utang terbesar kepada pabrik baja tertua di Indonesia itu yakni PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA). Jumlah ini setara dengan peringkat keempat dengan total eksposur yang dilakukan penjadwalan mencapai US$238,33 juta. Selanjutnya ada PT Bank OCBC NISP Tbk. dengan total kredit US$138,65 juta.
Bank keenam yang menyalurkan pembiayaan adalah Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Eximbank dengan nilai US$79,83 juta. Juga ada PT Bank Central Asia Tbk pada urutan ketujuh dengan kredit US$48,69 juta.
Pada posisi kedelapan ada PT Bank DBS Indonesia dengan eksposur US$48,61 juta. Menyusul di belakangnya ada PT Bank ICBC Indonesia dengan nilai pinjaman U$44,26 juta. Bank yang terakhir atau kesepuluh yang melakukan penjadwalan utang KRAS yakni Standard Chartered Bank dengan jumlah US$25,62 juta.
Dalam Public Expose Krakatau Steel di Kementerian BUMN, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, dia tidak mau proses ini hanya dikenang sebagai restrukturisasi terbesar, tetapi yang lebih penting adalah langkah perseroan ke depannya.
“Sekarang kuncinya operasional. Kami harap setelah restrukturisasi, operasional perusahaan harus benar. Jangan sampai ada masalah di menteri BUMN selanjutnya,” katanya Selasa (28/1/2020).
Erick menyatakan pihaknya mendukung penuh jajaran direksi dan komisaris Krakatau Steel selama ke arah yang benar. Dia pun menekankan intinya setelah proses ini harus ada kelanjutan rencana penyehatan secara bisnis.
“Intinya harus ada kelanjutan, apakah nanti Krakatau Steel akan menjadi perusahaan yang berinvestasi di sektor baja? Toh expert sudah ada, seperti Posco dan lainnya, enggak perlu malu,” tambah Erick.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan dia bakal terbang ke Korea Selatan untuk melanjutkan kerja sama dengan perusahaan baja asal Negeri Ginseng tersebut, yaitu Pohang Iron and Steel Company atau Posco.
“Sesuai arahan pak Menteri, kami ada investasi di sektor baja dan akan melanjutkan diskusi sebagai bagian proses restrukturisasi bisnis ke depan. Ini tuntutan setelah restrukturisasi utang, jangan sampai ada restrukturisasi utang yang baru,” katanya.
Silmy mengatakan,beban bunga dan kewajiban pembayaran pokok pinjaman menjadi lebih ringan sehingga membantu perbaikan kinerja emiten dengan kode saham KRAS ini dan memperkuat cash flow perusahaan. Proses restrukturisasi utang berlangsung selama sembilan tahun, terhitung dari 2019 hingga 2027.
Skema restrukturisasi utang yang disepakati dengan kreditur terbagi dalam tiga skema, yaitu tranche A dan tranche C2 dengan jangka waktu 9 tahun senilai masing-masing US$220 juta dan US$262 juta, tranche B senilai US$735 juta dengan jangka tiga tahun, dan tranche C1 dengan jangka 9 tahun senilai US$789 juta.
“Beban bunga selama sembilan tahun utang dapat diturunkan secara signifikan dari US$847 juta menjadi US$466 juta. Selain itu, penghematan biaya juga kami dapat.