Marketnews.id Sebagai alat pembayaran elektronik, LinkAja terus mengalami perkembangan yang pesat. Siapa nyana pertumbuhan bisnisnya terus meningkat. Sementara sudah ada perusahaan alat pembayaran elektronik merasa dirinya sudah terbakar dalam perang dagang fintek.
PT Fintek Karya Nusantara (LinkAja) menargetkan pertumbuhan bisnis hingga dua kali lipat pada tahun depan.
Edward Kilian Suwignyo, Direktur Marketing LinkAja mengatakan, menutup akhir 2019, LinkAja sebagai alat pembayaran elektronik nasional mengalami perkembangan signifikan. Tak hanya bertambah dari sisi pengguna terdaftar yang telah mencapai lebih dari 40 juta, melampaui target awal yang ditetapkan.
Berdasarkan pemaparannya, hingga 2019, pertumbuhan pengguna aktif per bulannya mencapai 5,1 kali. Nilai transaksi atau gross transaction value (GTV) per bulan naik 4,8 kali dan jumlah transaksi bulanan naik 4,7 kali.
“Size kami sudah tidak lagi kecil, jadi tahun depan pasti harus tumbuh di atas dua kali. Unicorn bukan goal di tempat kami, tapi inklusi keuangan. Seberapa besar orang punya akses keuangan,” ujarnya.
Guna meraih target, LinkAja bakal terus memperluas cakupan usaha melalui kerja sama dengan beragam pihak baik pemerintah pusat dan pemerintah daerah, badan usaha milik negara, hingga berbagai perusahaan swasta.
Sejak terbentuk, LinkAja memiliki positioning, visi, dan misi yang berbeda dengan uang tapi juga berfokus kepada upaya pemenuhan kebutuhan mulai dari pembayaran tagihan, transportasi, BBM, telekomunikasi melalui pembelian pulsa, hingga pembayaran donasi.
Pada akhir tahun 2019 ini, LinkAja telah terhubung dengan berbagai moda transportasi publik, mulai dari KRL Jabodetabek, Gojek, kereta api KAI antar kota, bus Damri, taksi Bluebird, Railink, Garuda/Citilink, dan berbagai transportasi lokal seperti Trans Lampung, Trans Semarang, dan sebagainya.
Tak hanya layanan moda transportasi, dari segi inovasi produk, perusahaan juga bakal mengembangan layanan keuangan yang mencakup tiga hal, yakni wealth management, proteksi, dan pinjaman. Namun, dia masih enggan menjelaskan lebih rinci. Selain itu, LinkAja juga sedang menggodok produk syariah.
Seluruh inovasi anyar ini masih dalam tahap pengembangan dan perizinan di Bank Indonesia.
Danu Wicaksana, Direktur Utama LinkAja mengatakan, sebanyak 82% pengguna LinkAja tersebar di luar Jakarta, dengan 52% pengguna berada di luar pulau Jawa seperti kota-kota di Sumatera bagian utara, Sumatera bagian tengah, dan Sulawesi.
Penyediaan akses terhadap produk finansial memang masih menjadi kendala di Indonesia, terutama bagi mereka yang berada di daerah dan pelosok. Saat ini LinkAja memiliki akses cash in kepada masyarakat di lebih dari 700.000 titik pada akhir 2019, baik berupa bank channel, modern retail, hingga layanan keuangan digital.
Penggunaan LinkAja telah tersebar di 40 pasar tradisional, 30.000 merchant lokal, 23 transportasi lokal, 23 universitas, dan 14 kantor pajak dan retribusi daerah.
Pada 2020, LinkAja bakal menyasar ke 25 cluster nasional yang berfokus di kota tier dua dan tiga di segmen mikro dan ultra mikro di seluruh Indonesia.
Teknologi LinkAja juga dimanfaatkan oleh pemerintah untuk menyalurkan dana bantuan sosial di Sleman, Kota Madiun, dan Kabupaten Penajam Paser Utara.
Edukasi dan ajakan bertransaksi secara digital pun terus dilakukan dengan menggandeng lebih dari 250,000 merchant. Tak hanya itu, untuk mempermudah masyarakat dalam melakukan pembayaran digital, LinkAja telah bekerjasama dengan beberapa pihak untuk menjadi sumber pengisian dana/ saldo di beberapa aplikasi nasional seperti Gojek, Bluebird Group, Damri, Tokopedia, Bukalapak, Blibli, dan masih banyak lagi.