MarketNews.id-Delta Giri Wacana (DGWG), tengah mengincar cuan dari methomyl, bahan pembasmi hama yang telah dilarang Kementerian Pertanian Republik Rakyat Cina sejak tahun 2023.
Padahal selama ini, perseroan mengimpor bahan tersebut sebagai bahan baku untuk diolah menjadi pestisida penghambat koolinesterase. Bahan itu dinilai efektif tinggi dalam mengendalikan berbagai jenis serangga dan hama.
Melihat celah itu, emiten pabrik pupuk milik David Yaory akan membangun sendiri pabrik karbamat di Cikande, Banten. Pabrik ini akan memproduksi bahan aktif berupa Methomyl yang selama ini belum pernah jalankan.
Perseroan menyiapkan belanja modal Rp254,2 miliar untuk investasi Tahap I (Line-1) yang diharapkan mulai berproduksi pada awal Triwulan ke-3 tahun 2025. Kemudian dilanjutkan dengan investasi Tahap ke-2 (Line-2) senilai Rp87,3 miliar pada tahun 2028. Tahap kedua ini dengan kapasitas produksi yang sama dengan pabrik Line -1.
“Mengingat aktivitas produksi bahan aktif ini merupakan kegiatan usaha yang belum pernah dijalankan oleh Perseroan meskipun sudah tercantum dalam Anggaran Dasar Perseroan, Rencana Transaksi ini merupakan Penambahan Kegiatan Usaha sebagaimana dimaksud dalam POJK 17,” tulis manajemen DGWG dikutip Sabtu 10 Mei 2025.
Manajemen DGWG menilai, pasar insektisida karbamat di seluruh dunia diperkirakan akan tumbuh dengan moderat antara tahun 2025 dan 2035. Ukuran pasar pada tahun 2025 akan mencapai USD 312,8 juta dan akan naik menjadi USD 499,9 juta pada tahun 2035, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 4,8 persen.
Namun manajemen memperkirakan proyek menderita rugi pada tahun ini karena pada tahun tersebut produksi komersial baru berjalan dua triwulan terakhir tahun 2025.
Tapi Profitabilitas dari tahun ini meningkat dari 3 persen tahun 2026 menjadi 10,6 persen tahun 2030. Secara ringkas proyeksi laba-rugi di sajikan pada tabel di bawah ini.
Rinciannya, tahun 2025 penerimaan penjualan Rp65 miliar, menjadi Rp196 miliar tahun 2026, Rp321 miliar tahun 2027,Rp478,3 miliar tahun 2028, Rp575,6 miliar tahun 2029, dan Rp702,2 miliar tahun 2030.
Dari sisi laba rugi, tahun 2025 rugi Rp8,8 miliar, tahun 2026 laba bersih Rp5,9 miliar, tahun 2027 laba bersih Rp27 miliar, tahun 2028 laba bersih Rp45,192 miliar, tahun 2029 laba bersih Rp58,4 miliar dan tahun 2030 laba bersih Rp74,46 miliar.
Abdul Segara