MarketNews.id-Calon emiten yang mencoba peruntungan mengalang dana di pasar modal perlu memastikan, kelangsung usaha perusahaan pada masa akan datang berjalan dan bertumbuh.
Pasalnya, mayoritas perusahaan yang mencoba mendaftar menjadi perusahaan tercatat pada Bursa Efek Indonsia (BEI) tak lolos karena faktor kelangsungan usaha diragukan.
Hal itu disampaikan Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna kepada media di Jakarta, Selasa 8 Oktober 2024.
‘Sekitar 40 persen dari total jumlah perusahaan mendaftar IPO kami nilai tidak layak. Faktor utamanya kami lihatnya bermasalah,”kata dia.
Selain itu, katanya, model bisnis dan faktor kelengkapan persyaratan seperti legalitas juga menjadi batu sandungan menjadi perusahaan tercatat.
Walau banyak perusahaan yang dicoret, Nyoman tetap yakin sampai akhir tahun BEI mencapai target pencatatan efek baru.
“Untuk target kami tidak hanya emiten IPO saja ya, tapi juga surat utang, EBA dan lainnya. Sekarang sudah mencapai 75 persen dari target yakni 410 efek baru,” ujar dia.
Lebih jauh Nyoman menyampaikan, telah tercatat 36 saham perusahana baru dengan meraup total dana investor Rp5,15 triliun. Pada saat yang sama terdapat 28 perusahan yang tengah menantikan pre efektif IPO.
Selain itu terdapat 109 emisi surat utang dengan total dana yang dihimpun mencapai Rp94,4 triliun sampai dengan 4 Oktober 2024.
BEI masih mencatatkan 21 emisi dari 15 penerbit surat utang yang tengah menantikan pencatatan di BEI.
Kemudian ada 15 emiten telah berhasil menerbitkan saham baru dengan nilai Rp34,42 triliun dan masih ada 29 emiten yang tengah pelaksanaan right issue.
Abdul Segara