MarketNews.id-Grant Thornton Indonesia, perusahaan jasa keuangan memberikan beberapa solusi keuangan yang dapat membantu kelas menengah untuk bertahan dan mengelola keuangan mereka dengan lebih baik.
Kelas menengah disarankan mencari sumber pendapatan tambahan, baik melalui investasi atau usaha sampingan, yang dapat membantu menstabilkan kondisi finansial.
Kemudian, kendalikan penggunaan utang, khususnya utang dengan bunga tinggi, dan fokus pada pelunasan utang yang sudah ada untuk menjaga stabilitas keuangan jangka panjang.
Lalu, peningkatan pemahaman tentang perencanaan keuangan dan manajemen aset dapat membantu masyarakat kelas menengah mengambil keputusan yang lebih bijak.
CEO Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani mengatakan, penurunan jumlah kelas menengah menjadi tantangan besar yang membutuhkan jalan keluar terpadu.
Namun dia percaya bahwa dengan perencanaan keuangan yang matang dan strategi yang tepat, kelas menengah tidak hanya bertahan namun juga bertumbuh.
“Kami menyarankan pengelolaan kas dan diversifikasi investasi yang dibantu dengan pemanfaatan teknologi finansial untuk membantu kelas menengah menghadapi tekanan dan melewati berbagai ketidakpastian kondisi ekonomi saat ini,” saran dia dalam keterangan resmi dikutip Sabtu,14 September 2024.
Gani juga menekankan pentingnya kerjasama antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kestabilan ekonomi kelas menengah.
“Edukasi keuangan yang lebih inklusif dan akses terhadap layanan keuangan yang lebih baik menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ini,” kata dia.
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) memgumumkan jumlah kelas menengah Indonesia pada tahun 2019 mencapai 57,4 juta orang.
Tapi pada pada tahun 2024 berkurang menjadi 47,9 juta orang. Turun kelasnya 9,5 juta orang atau sekitar 16,5 persen ini tidak hanya dipengaruhi oleh tekanan harga.
Selain itu, perubahan gaya hidup yang berdampak pada penurunan daya beli dan tabungan masyarakat kelas menengah.
Menurut Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro bahwa data simpanan masyarakat di bank menunjukkan adanya penurunan tabungan pada kelompok masyarakat terbawah ketika harga makanan pokok naik.
Meski bantuan sosial dari pemerintah sempat membantu meredam penurunan ini, namun untuk kelompok kelas menengah, indeks belanja mereka mengalami stagnasi, menandakan bahwa mayoritas penghasilan mereka masih tergerus oleh kenaikan harga bahan pangan.
“Tabungan yang sebelumnya digunakan untuk kebutuhan mendesak kini mulai digunakan untuk membeli kebutuhan pokok,” ulas dia. Indikator lain yang menunjukkan penurunan kelas menengah adalah turunnya penjualan produk konsumsi seperti rokok.
Emiten rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM), melaporkan penurunan volume sebesar 7,2 persen pada paruh pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023. Penurunan juga diiringi oleh kenaikan tarif cukai hasil tembakau yang naik 10 persen tahun lalu.
Perusahaan tersebut menyebutkan bahwa mereka berencana untuk tidak menambah kapasitas produksi tahun ini karena volume penjualan yang masih dalam kondisi turun.
Ini mencerminkan turunnya daya beli masyarakat, terutama di kalangan kelas menengah, yang kini lebih memilih untuk mengalokasikan penghasilan mereka pada kebutuhan dasar.
Penurunan serupa juga terlihat dalam penjualan kendaraan bermotor, di mana minat masyarakat kelas menengah untuk membeli motor baru terus berkurang.
Berdasarkan data dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), penjualan sepeda motor pada April 2024 turun sebesar 28 persen dibandingkan Maret 2024.
Penurunan ini juga terjadi pada penjualan kendaraan roda empat yang mengalami penurunan hingga dua digit. Hal ini menunjukkan bahwa mereka semakin berhati – hati dalam mengatur pengeluaran, dan cenderung menunda pembelian barang – barang yang tidak mendesak. Pungkas Andry Asmoro.
Abdul Segara