Marketnews.id Pemerintah lewat Kementrian Perdagangan mencermati beberapa hal pokok yang perlu dicarikan solusinya. Diantaranya adalah tantangan perubahan nilai logistik, krisis energi dan Pendemi Covid-19 yang masih terus berlangsung.
Keberhasilan Indonesia di tahun lalu dalam mencatat prestasi perdagangan perlu ditingkatkan. Ke depannya, Pemerintah melihat kerjasama antar negara mutlak dilakukan agar terjadi sinergi yang menguntungkan. Pemerintah akan membawa tantangan perdagangan ini ke forum G20 dan sistem perdagangan multilateral untuk dibahas bersama.
Pemerintah menyatakan bahwa perdagangan dunia di masa mendatang akan menghadap berbagai tantangan yang kian rumit. Oleh sebab itu untuk menghadapi tantangan tersebut perlu ada kerjasama yang erat antar negara agar masing-masing negara dapat menggali potensi dan peluang di setiap tantangan.
Hal itu disampaikan oleh Menteri Perdagangan (Mendag), Muhammad Lutfi mengatakan kolaborasi antar negara menjadi kunci dalam menghadapi tantangan perdagangan di masa depan.
Menurutnya pada tahun 2022 ini dunia menghadapi tantangan seperti perubahan nilai logistik, krisis energi, dan pandemi Covid-19 yang masih berlangsung.
Terkait logistik, jika penyumbatan di berbagai pelabuhan di dunia tidak diselesaikan, perdagangan akan sulit untuk menopang pada 2022. Sementara untuk krisis energi, jika harganya masih tinggi, seperti saat ini dikhawatirkan dapat memberikan ancaman dalam ekonomi.
“Inilah waktunya untuk berkolaborasi antarnegara dan bangsa. Diharapkan kita dapat menciptakan perdagangan yang adil dan perdagangan yang menguntungkan untuk setiap orang,” ujar Lutfi di Jakarta, Kamis, 13 Januari 2022.
Demi menghadapi tantangan ini khususnya bagi Indonesia, pemerintah akan membawa isu-isu tersebut ke G20 dan juga sistem perdagangan multilateral untuk dapat dibahas bersama. Diharapkan masing-masing negara anggota G20 dapat sepakat untuk mengatasi ketiga permasalahan tersebut dan dapat terus melanjutkan perdagangan.
“Dengan begitu perdagangan dapat menjadi mesin pertumbuhan, bukan hanya untuk Indonesia tapi juga untuk seluruh dunia, karena kita tidak dapat melakukannya sendiri,” lanjutnya.
Dalam paparannya, Muhammad Lutfi menyampaikan bahwa tahun 2021 merupakan tahun pemecahan rekor bagi perdagangan Indonesia. Pada periode Januari – November 2021, ekspor Indonesia mencapai USD 209,16 miliar atau naik 42,62 persen dibanding periode yang sama 2020.
“Pada periode ini, Indonesia juga mengalami surplus USD 34,32 miliar. Tahun ini, pertumbuhan perdagangan sangat kuat. Jika kondisi ini konsisten, surplus Indonesia pada 2021 berkisar USD36-37 miliar. Ini jumlah tertinggi, lebih tinggi dari 2011,” kata dia.
Mendag juga menyampaikan, saat ini produk domestik bruto (PDB) Indonesia mencapai Rp16.032 triliun dan sekitar 4 persen atau Rp632 triliun berasal dari ekonomi digital. Pada 2030 PDB tersebut diprediksi akan tumbuh menjadi sekitar Rp28.000 triliun dan digital ekonomi akan tumbuh paling tidak sekitar delapan kali lipat menjadi Rp4.531 triliun.
Pertumbuhan ekonomi digital terbesar berasal dari niaga elektronik sekitar Rp1.908 trilun atau sekitar 34 persen. Sektor bisnis akan mencakup satu per empat ekonomi digital Indonesia.
Lebih jauh Mendag menambahkan, pada 2030, ekonomi digital Indonesia diperkirakan sebesar USD323 miliar. Artinya, ekonomi digital Indonesia 6 kali lebih besar dari Malaysia, 7 kali lebih besar dari Filipina, 8 kali lebih besar dari Singapura, dan paling tidak 4 kali lebih besar dari Vietnam.
“Jika Indonesia bisa mengikuti perkembangan Malaysia, ekonomi digital Indonesia bisa mencapai USD417 miliar, sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara paling menguntungkan di Asia Tenggara untuk ekonomi digital,” tutupnya.