Marketnews.id Indonesia Eximbank bekerjasama dengan Export Center Surabaya Kementerian Perdagangan, akan membuka akses pasar di Singapura dan Malaysia buat produk makanan dan minuman yang diproduksi oleh UKM.
Langkah ini telah dilakukan untuk akses pasar dibeberapa negara lain yang dilakukan sejak 2016 lalu. Lewat business matching para pelaku usaha UKM dapat lebih mudah menemukan mitra dagang untuk pasar ekspor.
Badan usaha Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan, yakni Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia ( LPEI /Indonesia Eximbank) mengaku siap membuka akses pasar bagi produk makanan dan minuman hasil produksi pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) untuk masuk ke pasar Singapura dan Malaysia.
Menurut Kepala Divisi Jasa Konsultasi LPEI , R Gerald Setiawan Grisanto dalam siaran pers yang dikirim melalui surat elektronik, Jumat 17 Desember 2021, Indonesia Eximbank bekerja sama dengan Export Center Surabaya Kementerian Perdagangan akan membuka akses pasar ke Singapura dan Malaysia bagi produk makanan dan minuman (mamin) yang diproduksi oleh UKM.
Dia menyebutkan, penjajakan untuk perluasan akses dilakukan dengan melaksanakan business matching yang dilakukan melalui Business Indonesia Singapore Association ( BISA ) sebagai distributor produk mamin Indonesia yang menyasar market Singapura maupun Malaysia.
Business matching yang diselenggarakan secara daring melibatkan 21 pelaku usaha di sektor mamin dari berbagai provinsi yang juga merupakan mitra binaan dari Coaching Program for New Exporters (Program CPNE ) yang dilaksanakan sejak 2016.
“Melalui business matching ini diharapkan para pelaku usaha mendapatkan peluang untuk dapat mengakses pasar baru. Kegiatan ini menjembatani pemenuhan kebutuhan informasi bagi para pelaku usaha Indonesia dari potential buyers, jenis produk, standar kualitas produk, persyaratan lain yang diinginkan pasar Singapura dan Malaysia,” papar Gerald.
Gerald mengatakan, sejauh ini Indonesia Eximbank memiliki sejumlah program terintegrasi untuk membantu para pelaku UKM dalam mengatasi kendala ekspor melalui Program Jasa Konsultasi, tentunya termasuk bantuan pembiayaan kepada UKM berorientasi ekspor.
“Kami memberikan pelatihan melalui Program CPNE bagi pelaku UKM berorientasi ekspor atau yang belum melakukan ekspor secara mandiri. Selain itu mencarikan peluang pasar di era digital melalui Program Marketing Handholding, dan pendampingan kepada kelompok yang memproduksi komoditas unggulan melalui Program Desa Devisa,” tutur Gerald.
Sebagaimana diketahui, per November 2021 sudah terdapat 2.706 pelaku UKM di 15 kota yang telah mengikuti pelatihan, baik secara hybrid maupun daring dan ada 75 pelaku usaha yang berhasil melakukan ekspor perdana melalui Program CPNE