Marketnews.id Bank Indonesia (BI) optimistik pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini mencapai target sasaran Pemerintah antara 3,2 persen hingga 4,4 persen. Sementara buat tahun 2022, BI optimistik pertumbuhan akan lebih baik lagi mencapai 4,7 hingga 5,5 persen di 2022.
Bank Indonesia (BI) meyakini target pertumbuhan ekonomi pada 2021 secara keseluruhan (full year) akan tercapai. Angka pertumbuhan ekonomi ditargetkan 3,2 hingga 4,4 persen.
Menurut Gubernur BI, Perry Warjiyo, beberapa indikator menunjukkan arah pertumbuhan ekonomi menuju ke target sasaran tersebut. Indikator itu antara lain kinerja konsumsi swasta dan pemerintah terus mengalami peningkatan.
Selain itu kinerja ekspor juga terus membaik, bahkan terjadi surplus selama 19 bulan berturut-turut. Juga, terjadi kenaikan penjualan eceran dan membaiknya kinerja purchasing manufacture index (PMI).
“Pada periode itu juga terjadi penguatan IKK (indek keyakinan konsumen) sehingga secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi pada 2021 berada dalam kisaran perkiraan proyeksi BI, yaitu 3,2 hingga 4,4 persen” kata Perry dalam konferensi pers virtual, Kamis, 16 Desember 2021.
Sementara itu, pada 2022, BI memperkirakan kinerja pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi, yaitu 4,7 hingga 5,5 persen. Proyeksi itu sejalan dengan semakin terkendalinya Covid-19 dan mulai pulihnya aktivitas masyarakat di tengah pandemi yang belum berakhir. Dia berharap varian baru Covid-19 bisa terkendali dan aktivitas masyarakat kembali pulih.
“Pada 2022 perbaikan ekonomi domestik didukung konsumsi swasta yang akan semakin meningkat dan belanja fiskal pemerintah yang terus terjaga. Ini sejalan dengan mobilitas yang terus meningkat,” ujar dia.
Guna mendukung pertumbuhan, Perry menegaskan bahwa likuiditas perbankan tetap sangat longgar saat ini, sejalan dengan gelontoran likuiditas (quantitative easing/QE) yang dilakukan bank sentral ke perbankan senilai Rp141,19 triliun dalam tahun ini (Januari hingga 14 Desember 2021).
Lebih jauh Perry Warjiyo, mengatakan, sepanjang 2021 pihaknya telah melakukan pembelian surat berharga negara (SBN) untuk pendanaan APBN 2021 sebesar Rp201,32 triliun. Jumlah ini terdiri dari pembelian di pasar perdana sebesar Rp143,32 triliun.
Ditegaskan Perry bahwa longgarnya likuiditas tercermin dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tinggi mencapai 34,24 persen. Kemudian Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat tumbuh sebesar 10,37 persen (yoy). Likuiditas perekonomian meningkat, tercermin pada uang beredar dalam arti sempit (M1) dan luas (M2) yang tumbuh meningkat masing-masing sebesar 14,7 persen (yoy) dan 11 persen (yoy).
Kemudian private placement di bulan November 2021 sebesar Rp58 triliun untuk pembiayaan penanganan kesehatan dan kemanusiaan dalam rangka penanganan dampak pandemi Covid-19.
“Dengan ekspansi moneter tersebut, kondisi likuiditas perbankan pada November 2021 sangat longgar,” ujar Perry .
“Pertumbuhan uang beredar tersebut terutama didukung oleh peningkatan kredit perbankan dan ekspansi fiskal,” pungkasnya.