Marketnews.id PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) Tbk atau SMF, sebagai Badan Layanan Umum (BLU) dibawah Kementerian Keuangan ini telah mengalirkan dana dari pasar modal ke sektor pembiayaan perumahan dari tahun 2006 hingga akhir September 2021 mencapai Rp 74,04 triliun. Rinciannya, untuk pembiayaan sebesar Rp 61,10, sekuritisasi KPR Rp12,79 triliun dan pembelian KPR Rp 156 miliar. Dana tersebut telah dialirkan kepada 1,19 juta debitur.
Hingga triwulan III 2021, PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF telah merealisasikan penerbitan surat utang melalui penawaran umum obligasi berkelanjutan VI tahap I tahun 2021 sebesar Rp1,2 triliun.
Obligasi dengan tingkat bunga tetap ini adalah bagian dari obligasi berkelanjutan VI SMF dengan nilai target dana yang akan dihimpun sebesar Rp17 triliun.
Menurut Direktur Utama SMF, Ananta Wiyogo dalam konferensi pers pencapaian kinerja SMF pada Jum’at, 26 Nopember 2021, mengatakan aksi korporasi yang dilakukan oleh Badan Layanan Umum (BLU) di bawah Kementerian Keuangan ini dimaksudkan untuk penyediaan dana bagi pemenuhan pembiayaan perumahan khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Selain obligasi, SMF juga menerbitkan sukuk mudharabah berkelanjutan II Tahap I tahun 2021 sebesar Rp100 miliar. Sukuk tersebut juga merupakan bagian dari sukuk mudharabah berkelanjutan II SMF dengan nilai target dana yang akan dihimpun sebesar Rp3,5 triliun.
“Penerbitan obligasi tersebut merupakan bagian dari upaya kami dalam memenuhi perannya sebagai penyedia likuiditas jangka panjang bagi penyalur KPR (Kredit Pemilikan Rumah). Hal ini merupakan bagian dari komitmen SMF untuk mendukung ketersediaan hunian yang layak dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia,” ungkap Ananta.
Adapun sampai dengan triwulan III 2021, total surat utang yang diterbitkan yakni obligasi sebesar Rp3,1 triliun dan sukuk mudharabah sebesar Rp200 miliar.
Sejak tahun 2009 dan hingga akhir triwulan III 2021, SMF sudah menerbitkan 49 kali penerbitan dengan jumlah Rp44,6 triliun. Jumlah ini terdiri dari 36 kali penerbitan obligasi dan sukuk mudharabah (penawaran umum) sebesar Rp39,8 triliun, 12 kali medium term notes (penawaran terbatas) sebesar Rp4,7 triliun dan satu kali penerbitan surat nerharga komersial sebesar Rp120 miliar.
Adapun terkait dengan sekuritisasi aset, sejak tahun 2009 sampai dengan saat ini SMF telah berhasil memfasilitasi 14 kali transaksi sekuritisasi. Nilai total nilai akumulatif mencapai Rp12,78 triliun.
Pada tahun ini perseroan berencana untuk menerbitkan kembali Efek Beragun Aset berbentuk Surat Partisipasi (EBA-SP). EBA-SP tersebut memiliki underlying kumpulan tagihan KPR yang memenuhi 32 kriteria seleksi sehingga aman bagi investor.
“Kami harap sekuritisasi aset tersebut dapat mendukung penyaluran dana bagi pembiayaan perumahan untuk mendorong bangkitnya industri perumahan nasional,” ucapnya.
Adapun sampai dengan triwulan III tahun 2021, SMF telah berhasil menyalurkan pinjaman kepada penyalur KPR sebesar Rp4,90 triliun. Secara kumulatif, total akumulasi dana yang dialirkan dari pasar modal ke sektor pembiayaan perumahan dari tahun 2006 sampai dengan 30 September 2021, mencapai sebesar Rp74,04 triliun.
Jumlah ini terdiri dari pembiayaan sebesar Rp61,10 triliun, sekuritisasi KPR sebesar Rp12,79 triliun dan pembelian KPR sebesar Rp156 miliar.
“Dana yang telah dialirkan tersebut telah membiayai 1,19 juta debitur KPR yang terdiri dari 61,05 persen pembiayaan, 18,38 persen KPR FLPP , 20,45 persen sekuritisasi dan 0,13 persen pembelian KPR,” pungkas dia.
Bagaimana kinerja keuangan terakhir. Menurut Ananta, kinerja keuangan SMF hingga triwulan III 2021 masih tercatat positif meski sempat terganggu bisnisnya karena pandemi Covid-19. Perseroan membukukan laba bersih Rp400 miliar atau naik tipis 8,59 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya (year on year / yoy yang tercatat sebesar Rp369 miliar.
Dijelaskan dampak Covid-19 memicu terjadinya penurunan pendapatan, penurunan aset, penurunan beban pajak dan CKPN serta penurunan liabilitas.
Tercatat untuk pendapatan turun 1,97 persen dari Rp1,73 triliun menjadi Rp1,69 triliun yoy. Sementara untuk aset turun 6,02 persen dari Rp32,69 triliun menjadi Rp30,72 triliun.
Kemudian beban pajak dan CKPN pada periode itu secara yoy turun 5,92 persen dari Rp1,36 triliun menjadi Rp1,28 triliun. Sedangkan untuk total liabilitas dan dana syirkah temporer turun 21,50 persen dari Rp21,35 triliun menjadi Rp16,76 triliun.
“Hingga akhir tahun 2021 bagaimanapun hasilnya prediksi saya mungkin hampir sama dengan capaian di tahun 2020 tapi itu masih tergantung dengan CKPN dan lainnya. Nanti tunggu hasil akhir dari laporan sampai akhir tahun setelah dihitung oleh tim independen,” ujar Ananta.
Terkait dengan penyaluran dana pendamping untuk mendukung penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan ( FLPP ) bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), hingga September 2021 sebesar Rp3,09 triliun.
Dijelaskannya bahwa SMF berperan dalam mengurangi beban fiskal pemerintah dengan membiayai porsi 25 persen pendanaan KPR FLPP . Sehingga pemerintah hanya menyediakan 75 persen dari total pendanaan FLPP dari semula yang sebesar 90 persen.
“Sampai dengan triwulan III tahun 2021, perseroan telah berhasil menyalurkan pinjaman kepada penyalur KPR sebesar Rp4,90 triliun,” pungkas dia.