Marketnews.id Sektor transportasi termasuk sektor usaha yang terpapar pendemi Covid-19. Pembatasan pergerakan manusia dan pola kerja di rumah membuat bisnis jasa transportasi mengalami tekanan dan tantangan. PT Blue Bird Tbk (BIRD) sebagai emiten yang bergerak dalam bidang transportasi juga menghadapi tantangan. Bagaimana BIRD melewati tantangan ini.
Perusahaan jasa transportasi, PT Blue Bird Tbk (BIRD) menetapkan Sigit Djokosoetono sebagai Direktur Utama PT Blue Bird Tbk. Sigit diangkat sebagai nakhoda baru menggantikan Noni Purnomo yang telah habis masa jabatannya.
Selanjutnya Noni akan menempati posisi sebagai Komisaris Utama yang didampingi Kresna Priawan Djokosoetono sebagai Wakil Komisaris PT Blue Bird Tbk.
Perubahan komposisi Pengurus Perseroan ini di tetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang di gelar di Jakarta, Jumat (27/8/2021).
Pada kesempatan yang sama, perusahaan juga mengumumkan terpilihnya Andre Djokosoetono sebagai Wakil Direktur Utama dari PT Blue Bird Tbk, serta penunjukan kembali Eko Yuliantoro sebagai Direktur Keuangan PT Blue Bird Tbk.
Dalam keterangannya, Manajemen BIRD menyebutkan, selama kepemimpinan Noni Purnomo sejak 2019, Blue Bird telah melaksanakan berbagai langkah strategis termasuk melakukan transformasi di seluruh aspek kegiatan perusahaan, sehingga di tengah berkembangnya wabah pandemi Covid-19 – yang membawa dampak yang besar terhadap seluruh bidang industri.
“Walaupun tantangan ke depan semakin berat, Blue Bird akan terus melakukan berbagai Langkah pengembangan serta strategi yang relevan guna memenuhi permintaan masyarakat akan sebuah layanan transportasi nyaman, aman, dan terpercaya baik untuk penumpang maupun logistik,” ujar Sigit.
Dikatakan selama masa pandemi, Blue Bird juga terus mengembangkan berbagai inovasi dan Standard Operating Procedure baru, dari mulai layanan Blue Bird Kirim yang memudahkan pelanggan melakukan pengiriman barang dengan Blue Bird, peluncuran versi terbaru dari aplikasi pemesanan My BlueBird yang memudahkan pelanggan bepergian dengan Blue Bird Group, layanan Goldenbird Special Care yang merupakan layanan khusus untuk transportasi pasien COVID-19 tanpa gejala untuk membantu mereka mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat, hingga inisiatif dalam membantu program vaksinasi kepada lansia dan kaum difabel.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2021 yang dikutip Selasa (30/3/2021), perseroan mencatatkan pendapatan bersih sepanjang 2020 sebesar Rp2,04 triliun turun 49,44 persen dari penghasilan pada 2019 yang sebesar Rp4,04 triliun.
Adapun beban langsung perseroan mengalami penurunan menjadi Rp1,71 triliun dari beban pada 2019 yang sebesar Rp2,95 triliun. Sementara, beban usaha perseroan pun turun menjadi Rp561,54 miliar dari posisi 2019 sebesar Rp723,51 miliar.
Kendati beban menurun, penurunan pendapatan bersih yang cukup tinggi membuat bottom line tergerus. Emiten bersandi BIRD ini mencatatkan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp161,35 miliar. Padahal, pada 2019 perseroan mencatatkan laba sebesar Rp314,56 miliar.
Sementara itu, total liabilitas perseroan hanya sedikit meningkat menjadi Rp2,017 triliun dari kondisi 2019 yang sebesar Rp2,016 triliun.
Peningkatan tipis ini terjadi karena peningkatan liabilitas jangka panjang sebesar Rp1,37 triliun dari posisi 2019 yang sebesar Rp1,26 triliun. Sementara, total liabilitas jangka pendeknya sebesar Rp639,8 miliar turun dari posisi 2019 yang sebesar Rp753,5 miliar.
Adapun, total ekuitas perseroan sebesar Rp5,23 triliun, turun tipis daripada tahun sebelumnya yang sebesar Rp5,4 triliun. Dengan demikian total liabilitas dan ekuitasnya mencapai Rp7,25 triliun.
Dari sisi aset, BIRD mencatatkan penurunan total aset menjadi Rp7,25 triliun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp7,42 triliun. Rinciannya, total aset lancar perseroan meningkat menjadi Rp1,24 triliun naik dari posisi 2019 yang sebesar Rp938,7 miliar.
Adapun, total aset tidak lancar perseroan menurun menjadi Rp6,01 triliun dari posisi 2019 yang sebesar Rp6,48 triliun. Penurunan ini terutama disebabkan penurunan aset tetap yang berubah menjadi Rp5,66 triliun dari posisi 2019 yang sebesar Rp6,18 triliun.
.