Marketnews.id Kompetisi di bisnis data dan telekomunikasi di Indonesia akan semakin kencang dan kuat, serta diperkirakan akan merubah peta persaingan dan lanskap baru. Upaya yang dilakukan oleh Axiata Group Berhard lewat anak usahanya di Indonesia PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan akuisisi Link merupakan langkah strategis grup Axiata untuk meningkat daya saing dan pertumbuhan keuntungan.
Fitch Ratings Singapore Pte Ltd menilai, rencana akuisisi PT Link Net Tbk (LINK) oleh Axiata Group Berhard bakal mempercepat tren konvergensi fixed-mobile di Indonesia dan bahkan bisa menciptakan lanskap yang baru bagi peta persaingan bisnis telekomunikasi.
Menurut Direktur Senior Fitch Ratings Singapore, Janice Chong yang disampaikan melalui surat elektronik, Senin (2/8), upaya PT XL Axiata Tbk (EXCL) dalam mengakuisisi LINK merupakan langkah strategi grup Axiata untuk meningkatkan daya saing dan pertumbuhan keuntungan berkelanjutan di sektor telekomunikasi Indonesia.
Chong menyebutkan, pada 30 Juli 2021, Axiata telah menyampaikan bahwa pihaknya beserta EXCL sebagai anak usaha di Indonesia yang kepemilikannya mencapai 66,5 persen sedang melakukan diskusi dengan Linknet Asia Link Dewa Pte Ltd dan PT First Media Tbk (KBLV) terkait akuisisi LINK.
“Para pihak yang terlibat telah menandatangani perjanjian yang tidak mengikat, sedangkan perjanjian definitif dan pemenuhan persyaratan sebelumnya dapat menyebabkan Axiata dan/atau EXCL melakukan penawaran tender wajib atas sisa saham Linknet yang dimiliki oleh publik,” demikian disebutkan Chong dalam laporan Non-Rating Action Commentary yang dirilis Fitch.
Chong menjelaskan, upaya merger akan memperkuat kemampuan konvergensi EXCL dan menciptakan peluang mendiversifikasi bisnis selular untuk menyediakan layanan quadruple play. “Konvergensi fixed-mobile di Indonesia masih dalam tahap awal, sebagian besar operator fokus pada penyediaan lini produk tunggal,” ucapnya.
Dia menyatakan, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) merupakan satu-satunya operator terintegrasi domestik dengan posisi pasar yang dominan, baik di layanan fixed-line maupun mobile. Upaya konsolidasi di sektor telekomunikasi juga diikuti oleh PT Indosat Tbk (ISAT) dan Hutchison 3 Indonesia (Hutch).
“Persaingan di sektor seluler Indonesia sangat ketat, karena terganggu oleh menjamurnya paket data selular tanpa batas. Sementara itu, program subsidi data dari pemerintah sebagai bagian dari langkah-langkah bantuan pandemi Covid-19 telah menekan hasil data dan memperlambat pertumbuhan industri,” papar Chong.
Namun, kata dia, persaingan di pasar fixed broadband menjadi lebih rasional, karena adanya peningkatan adopsi layanan broadband berkecepatan tinggi. Linknet merupakan penyedia layanan broadband berkecepatan tinggi terbesar kedua di Indonesia, setelah Telkom.
Hingga akhir Maret 2021, Linknet mempunyai 859.000 pelanggan atau hanya sebagian kecil dibanding TLKM yang memiliki 8 juta pengguna. TLKM melalui Telkomsel memiliki lebih dari 50 persen pasar seluler di Indonesia berdasarkan pendapatan, sedangkan EXCL dan ISAT masing-masing memiliki kurang dari 20 persen.