Marketnews.id Melemahnya permintaan semen di dalam negeri, membuat PT Semen Indonesia Tbk berencana untuk memperluas pasar dengan memanfaatkan strategi alliance dengan pihak Taiheiyo Cement Corporation mitra bisnisnya dari Jepang. Upaya memperluas pasar ekspor baru ini sebelumnya juga sudah sejak 2019 lalu.
Produsen semen BUMN , PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) tahun ini akan membuka pasar ekspor baru ke Amerika Utara. Ditargetkan volume ekspor ke wilayah tersebut bisa mencapai 500 ribu-1 juta ton sepanjang tahun.
Direktur Utama Semen Indonesia Hendi Prio Santoso mengatakan ekspor ini sejalan dengan dimulainya kerja sama antara perusahaan dengan Taiheiyo Cement Corporation (TCC). Ini merupakan upaya perusahaan untuk menggenjot penjualan di tengah pandemi yang masih berlangsung.
“Memang rencananya pada 2021 ini kami akan membuka pasar baru, kawasan Amerika Utara dengan strategic alliance yang baru saja kami luncurkan dengan pihak Taiheiyo Cement Corporation dari Jepang. Kami bermitra untuk bisa mengekspor ke daerah West Coast sebesar setengah juga sampai satu juta ton di tahun 2021 ini,” kata Hendi dalam konferensi pers virtual, Senin (29/3/2021).
Adapun sejak tahun lalu mendorong ekspor memang menjadi salah satu upaya perusahaan untuk menggenjot penjualan. Hal ini disebabkan karena turunnya penjualan di dalam negeri, baik di sisi semen curah sebesar 27% sepanjang tahun dan ritel turun hingga 13%.
Pada 2020 perusahaan melakukan pembukaan pasar ekspor baru ke Kepulauan Fiji, intensifikasi pasar di Australia dan Bangladesh. Selain itu juga peningkatan penjualan di kawasan China selatan.
“Turunnya permintaan di pasar domestik bisa kami imbangi dengan penjualan ekspor kami yang bisa mem-balance penurunan demand yang tajam akibat Covid-19 yang terjadi di Indonesia,” kata dia.
Untuk diketahui sepanjang tahun lalu perusahaan membukukan kenaikan laba bersih sebesar 16,72% secara tahunan (year on year/YoY) pada akhir 2020 menjadi Rp 2,79 triliun. Pada periode yang sama tahun 2019 tercatat laba bersih perseroan sebesar Rp 2,39 triliun.
Kenaikan laba bersih ini terjadi ketika perusahaan mengalami penurunan pendapatan sebesar 12,87% YoY menjadi senilai Rp 35,17 triliun pada akhir tahun lalu.
Penurunan pendapatan ini juga dibarengi dengan turunnya beban pokok pendapatan menjadi senilai Rp 23,55 triliun dari Rp 27.65 triliun. Lalu juga terjadi penurunan beban penjualan menjadi Rp 2,80 triliun dari Rp 3,08 triliun.
Beban keuangan perusahaan berhasil ditekan menjadi senilai Rp 2,32 triliun dari sebelumnya senilai Rp 3, 20 triliun. Beban umum administrasi juga turun menjadi sebesar Rp 3,16 triliun dari Rp 3,53 triliun.