Marketnews.id Bisnis perkapalan sepanjang tahun 2020 lalu tidak jauh berbeda dengan bisnis lainnya yang terdampak akibat pendemi Covid-19. PT Pelita Samudera Shipping Tbk, salah satu emiten yang bergerak dalam jasa perkapalan, mengalami penurunan pendapatan hingga 9 persen dibandingkan dengan pendapatan tahun 2019. Apa saja yang akan dilakukan oleh perseroan di tahun ini.
PT Pelita Samudera Shipping Tbk (PSSI) menargetkankan pendapatan di 2021 bisa bertumbuh sekitar 10-15 persen (year-on-year), sedangkan pada tahun lalu perseroan mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 9 persen (y-o-y) menjadi USD68,4 juta atau setara dengan Rp960 miliar.
Berdasarkan keterbukaan informasi PSSI yang dipublikasi Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Selasa (2/3), perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan berkisar 10-15 persen menjadi sekitar USD75 juta-USD80 juta, seiring dengan penerapan strategi optimalisasi aset, diversifikasi bisnis, ekspansi aset dan peningkatan penetrasi ke pasar internasional.
Sepanjang 2020, total pendapatan PSSI (unaudited) senilai USD68,4 juta atau mengalami penurunan 9 persen dibanding raihan di 2019. Pendapatan tahun lalu ditopang oleh kenaikan pendapatan sewa berjangka sebesar 35 persen (y-o-y) menjadi USD13,3 juta. Pertumbuhan tertinggi pada segmen kapal tunda dan tongkang (TNB), lalu kapal curah besar (MV) dan fasilitas muat terapung dan crane terapung (FLF/FC).
Pada tahun ini, PSSI mengalokasikan belanja modal capex sebesar USD21 juta, sejalan dengan rencana perseroan untuk menambah satu unit MV kelas Supramax, serta kapal-kapal tunda dan tongkang. Adapun realisasi capex di 2020 sebesar USD9 juta, sebagian besar diserap untuk biaya pemeliharaan armada (docking). Pada tahun lalu, perseroan tidak melakukan pembelian armada baru.
Menurut Direktur Utama PSSI, Iriawan lex pasar batubara masih akan menjadi fokus bisnis perseroan, dengan target 70-80 persen. Karena, pasar batubara memiliki prospek yang sangat baik di masa depan.
“Walaupun menurun seperti industri lain pada umumnya. Tetapi, perseroan tetap memperoleh keuntungan bersih yang cukup baik dalam situasi sulit di 2020, dengan cash cost yang stabil dan marjin EBITDA sebesar 35 persen atau kinerja yang sama dengan di 2019,” kata Alex.