Home / Otoritas / Bursa Efek Indonesia / Ashmore Asset Management : Perlu Edukasi Literasi Keuangan Berkelanjutan

Ashmore Asset Management : Perlu Edukasi Literasi Keuangan Berkelanjutan

Marketnews.id Sepanjang pekan lalu, pasar saham sudah berbalik arah. Indeks saham kembali menembus posisi spikologis 6.000 tepat nya 6.151. Pulih dari level terendah pada penutupan sesi perdagangan pekan lalu 5.862, meningkat 0,73 persen.

Bursa saham Indonesia mengakhiri sesi perdagangan di pekan pertama Februari, Jumat (5/2), dengan membukukan kenaikan IHSG sebesar 0,73% ke posisi 6.151. Pulih dari level terendah pada penutupan sesi perdagangan pekan sebelumnya di posisi 5.862 . Investor asing membukukan arus masuk ekuitas bersih senilai USD287 juta, sepanjang pekan.


PT Ashmore Asset Management Indonesia mencatat beberapa peristiwa penting yang mempengaruhi pergerakan di pasar modal dalam dan luar negeri, antara lain;


Pertama, update virus korona; Kementerian Luar Negeri China menyatakan bersedia berkontribusi mendistribusikan vaksin Covid-19 secara adil , dan menjadikan vaksin itu sebagai barang publik yang dapat diakses dan dibeli oleh negara berkembang, dan bukan sebagai “kemewahan” sejumlah kecil negara. Pfizer Inc telah menarik pengajuan otorisasi penggunaan darurat vaksin Covid-19 di India yang dikembangkannya dengan BioNTech Jerman.


Kedua. Indeks PMI Manufaktur Caixin China turun ke level terendah tujuh bulan, menjadi 51,5 pada Januari 2021, dari 53,0 pada Desember, lebih rendah dari konsensus di 52,7. Kenaikan output dan pesanan baru melambat, sementara penjualan ekspor menyusut untuk pertama kalinya dalam enam bulan.


Ketiga, inflasi tahunan Indonesia turun menjadi 1,55% pada Januari 2021, terendah sejak Oktober tahun lalu dan di bawah ekspektasi sebesar 1,66%. PDB Indonesia menyusut 2,19% pada kuartal IV-2020, lebih buruk dari konsensus -2%, setelah turun 3,49% pada periode sebelumnya. Kontraksi ketiga berturut-turut di masa pandemi virus corona.

Keempat. Cadangan devisa Indonesia meningkat menjadi USD138 miliar pada Januari dari USD135,9 miliar pada Desember 2020.
Pasar masih menunggu riis data Neraca Perdagangan AS, Penggajian Non Pertanian AS di akhir pekan ini.


Dengan memperhatikan perkembangan tersebut, berikut beberapa catat Ashmore dalam Weekly Commentary, Jumat (5/2);
Menindaklanjuti volatilitas bulan lalu, pekan ini kita telah melihat pemulihan yang dipimpin oleh aliran masuk dana asing yang cukup kuat. Menutup bulan lalu, kita juga telah mendapatkan lebih banyak kejelasan tentang data perdagangan selama Januari. “Hal ini menyimpulkan bahwa selama sebulan, tingginya proporsi partisipasi ritel di IHSG telah membawa kenaikan volatilitas dan menjauhi fundamental,” tulis Ashmore.


Data dari BEI menunjukkan bahwa pada 21 Januari, investor ritel menyumbang 70% dari volume perdagangan dibandingkan dengan hanya 48% di tahun 2020, dan naik dari hanya 34% di Januari 2020. Investor ritel juga menunjukkan peningkatan partisipasi dalam saham non-LQ45 sebesar 44% di Januari 2021 vs 34% di sepanjang tahun 2020. Namun perlu diingat, ” Bahwa meskipun partisipasinya tinggi, ritel masih menyumbang hanya 13,5% kepemilikan pada Jan 21 di pasar ekuitas Indonesia,” ungkap Ashmore.


Ashmore berpendapat, peningkatan investor ritel akan baik untuk likuiditas, yang pada akhirnya menarik investor asing masuk. Sebagai perbandingan: rata-rata nilai perdagangan harian IHSG di Jan 21 saja adalah USD1,5 miliar, lebih besar dibanding kuartal IV-2020 (4Q20) sebesar USD 0,9 miliar, dan USD0,6 miliar di 2020.


“Kami yakin ini merupakan pencapaian tersendiri, meski masih perlu berbagai upaya dari Pemerintah dan pelaku industri untuk melakukan edukasi literasi keuangan yang berkelanjutan,” Ashmore menambahkan.


Ashmore meyakini jika Pemerintah dan BEI dapat mengobarkan bara investasi ritel selagi masih panas, akan mendorong keberlanjutan peningkatan likuiditas dalam jangka panjang. Diantaranya dengan menarik perusahaan-perusahaan teknologi untuk  listing  di Indonesia, terutama karena sektor tersebut akan menarik investor institusi dan ritel.


“Berdasarkan laporan penelitian, ada beberapa peraturan yang perlu diubah untuk memungkinkan  listing  perusahaan   teknologi – yang semuanya ditargetkan selesai pada akhir 1H21. Perubahan ini mungkin akan muncul bersamaan dengan  omnibus law  kedua untuk layanan keuangan,” papar Ashmore.

Ashmore mengingatkan, sebagaimana telah mereka rekomendasikan pekan lalu, setiap volatilitas tanpa perubahan besar dalam fundamental adalah peluang bagus untuk masuknya kembali dana investasi ke pasar. Baik dalam ekuitas maupun obligasi.


“Bagi mereka yang mencari nilai jangka panjang, kami melihat beberapa katalisator seperti kemajuan SWF yang secara positif akan mempengaruhi kebutuhan pendanaan, peningkatan CAD, serta  listing  aktivitas ekonomi baru dalam indeks.”


Check Also

Bain Capital Credit LP, Investasikan Dana USD157 Juta Ke PT Sejahteraraya Anugrahjaya (SRAJ)

MarketNews.id-Bain Capital Credit LP, perusahaan investasi berbadan hukum Amerika Serikat akan membenamkan dana senilai USD157 …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *