Marketnews.id Berbagai usaha telah dilakukan oleh Pemerintah agar perekonomian segera bergerak. Salah satu langkah pemerintah adalah dengan memberikan stimulus buat perbankan dan lembaga pembiayaan agar dapat merelaksasi kredit yang diberikan kepada dunia usaha.
Perbankan dapat suntikan dana buat restrukturisasi kredit nasabah. Dan nasabah yang terpapar pendemi mendapat keringanan melalui restrukturisasi kredit. Di sisi lain, perbankan mendapat dana murah dari masyarakat melalui DPK yang secara total meningkat lebih dari 12 persen.
Sayangnya, kelebihan dana ini tidak berani disalurkan oleh perbankan lantaran kondisi perekonomian belum kondusif di saat pendemi belum berakhir. Dampaknya, ekonomi lambat bergerak dan pertumbuhan yang diharapkan menjadi tersendat.
OJK berharap, perbankan segera menyalurkan kredit kalau perlu mengurangi margin laba agar ekonomi dapat bergerak kembali.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso meminta agar perbankan mau ikut berbagi beban dengan menekan margin bunga. Hal ini, kata dia, perlu dilakukan untuk mempercepat pemulihan sektor riil lewat pemberian kredit berbunga rendah.
Menurutnya, di tengah kondisi saat ini, perbankan diharapkan tidak berupaya mendulang perolehan margin bunga bersih atau net interest margin (NIM). Penurunan NIM melalui penurunan suku bunga kredit perlu dilakukan. Meskipun, suku bunga kredit saat ini bukan menjadi masalah utama yang mampu mendorong pertumbuhan kredit.
“Aneh kalau kondisi seperti ini, perbankan tidak sharing pain, kalau perlu NIM turun supaya bunga kredit rendah,” katanya dalam webinar, Selasa (24/11/2020).
Lebih lanjut, Wimboh menuturkan penurunan suku bunga kredit masih memerlukan upaya ekstra kendati Bank Indonesia sudah memutuskan kembali menurunkan BI 7 Day Reverse Repo sebesar 25 bps menjadi 3,75% dengan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 4,50%.
Dia menuturkan, saat ini suku bunga kredit perbankan memang sudah berada di posisi single digit. Hanya saja, penurunan suku bunga kredit perbankan tersebut diakuinya masih kurang cepat.
OJK pun berupaya mencari opsi untuk mempercepat penurunan suku bunga kredit perbankan. Adanya penempatan uang negara pada sejumlah dengan bunga rendah yakni sebesar 2,4% per tahun dinilai akan memacu transmisi penurunan suku bunga kredit.
“Kami lihat suku bunga sudah single digit, cuma memang kurang cepat, gitu saja, bagaimana kita percepat, jadi ini tinggal bagaimana kita orkestrasi ciptakan tenaga kerja pada sektor-sektor unggulan kita,”
Wimboh menilai, suku bunga juga tidak menjadi masalah dalam penyaluran kredit. Penurunan suku bunga kredit saat ini tinggal masalah transisi dan dipastikan akan turun, pungkasnya.