Marketnews.id Awal Pebruari 2021, Pemerintah akan memiliki bank syariah terbesar. Bank ini diharapkan mampu memperbesar matketshare bank syariah nasional yang saat ini masih disekitar 10 persen. Selain itu, penggabungan usaha antara BRI Syariah, BNI Syariah dan Mandiri Syariah diharapkan bank ini mampu mensinergikan keunggulan masing masing hingga menjadi bank syariah terbesar.
PT Bank BRIsyariah Tbk. akan menambah rasio saham publik setelah merger agar dapat memenuhi ketentuan free float 7,5%. Ketentuan ini harus dipenuhi oleh perseroan. Caranya bisa melalui Rights issue.
Direktur Utama BRI Syariah Ngatari mengatakan saham publik BRIS memang akan terdilusi setelah proses merger yang efektif pada 1 Februari 2021. Selanjutnya, telah menjadi kewajiban perusahaan setelah merger untuk melakukan penambahan rasio saham publik.
Meski begitu, Ngatari tidak menyebutkan opsi aksi korporasi yang mungkin dilakukan BRIS untuk memenuhi ketentuan free float di bursa. Yang pasti, kata dia, perseroan setelah merger dalam jangka waktu tertentu akan meningkatkan saham publiknya.
“Karena saham publik pasca merger akan terdilusi sampai 4,4%, sementara aturan dari Bursa 7,5%. Sehingga ada potensi kewajiban juga dalam jangka waktu tertentu untuk meningkatkan saham publiknya,” kata Ngatari dalam public expose.
Diketahui, tiga bank BUMN syariah telah mengumumkan ringkasan rencana merger pada bulan lalu. Proses merger akan melalui peningkatan modal dasar surviving entity yakni BRIsyariah, dengan mengkonversi saham dua perbankan yang digabung yakni PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah.
Berdasarkan posisi per 30 Juni 2020m jumlah saham beredar BRIS sebanyak 9,71 miliar lembar. Jumlah itu akan bertambah menjadi 40,84 miliar pada tanggal efektif penggabungan.
Dengan demikian, BRIS akan melakukan penerbitan saham baru sebanyak 31,13 miliar lembar. Setelah merger, kepemilikan saham masyarakat menciut dari 18,47% menjadi 4,4%.