Marketnews.id Perdebatan penyebab Indonesia mengalami resesi masih aja terus berlanjut. Baik pihak pemerintah maupun pihak pemerhati ekonomi masih silang pendapat kenapa Indonesia akhirnya terperangkap dalam jebakan resesi. Buat masyarakat luas, mereka tidak acuh apa itu istilah resesi. Buat masyarakat banyak adalah, bagaimana kehidupan yang sudah memburuk sejak enam bulan lalu tidak berlanjut. Dan masyarakat dapat melakukan aktifitas ekonomi nya seperti sediakala.
Sekretaris Eksekutif I Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), Raden Pardede membantah dana PEN gagal mendongkrak pemulihan ekonomi nasional. Menurutnya, realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III 2020 sudah membaik meskipun Indonesia akhirnya hampir pasti resesi.
“Meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kontraksi di kuartal III 2020, tetapi kontraksinya lebih baik dibanding kuartal II 2020,” kata Raden dalam diskusi publik virtual Arah Kebijakan Pemerintah, Keseimbangan Antara Kesehatan dan Ekonomi, pada Rabu (23/9).
Menurut Raden, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 mencapai -5,32%. Sementara di kuartal III 2020, tambah Raden seperti yang telah disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, diperkirakan -2,9% – -1%.
“Ini sebetulnya adalah suatu prestasi yang sudah cukup baik dan harus digarisbawahi,” ujar Raden.
Kuartal II 2020 adalah periode terburuk yang menimpa perekonomian Indonesia akibat tekanan pandemi Covid-19. Periode tersebut sudah dilalui oleh Indonesia. Melalui alokasi dana PEN yang dianggarkan dalam APBN 2020, perekonomian Indonesia pelan-pelan mulai bangkit kembali.
Raden mengakui, kendala birokrasi sempat menghambat penyaluran dana PEN. Namun memasuki bulan Juni, realisasi belanja anggaran PEN mulai mengalami percepatan. Hingga 16 September 2020, dana PEN yang sudah terealisasi mencapai Rp254,4 triliun. Jumlah ini mencapai 36,6% dibanding total anggaran PEN 2020 yang mencapai Rp695,93 triliun.
Di akui oleh Raden, sejumlah sektor ekonomi mengalami tekanan yang cukup berat akibat pandemi virus corona. Mulai dari sektor agrobisnis, konstruksi, manufaktur, wholesale trade, transportasi, akomodasi, dan restoran. “Oleh sebab itulah pemerintah terus berusaha mempercepat realisasi belanja PEN agar meningkatkan kembali daya beli masyarakat.
Harapannya kalau demand kembali meningkat, dunia usaha kembali bergerak, maka lapangan kerja akan kembali tercipta. Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kembali pulih,” tutur Raden.
Realisasi belanja kesehatan dalam program PEN telah mencapai 21,1% dari Rp87,55 triliun, perlindungan sosial 60,6% dari Rp203,9 triliun, sektoral kementerian/lembaga/pemda 42,2% dari Rp106,11 triliun, dukungan UMKM 47,6% dari Rp123,46 triliun, dan insentif usaha 18,43% dari Rp120,61 triliun.
Walau demikian, Raden mengingatkan upaya membangkitkan kembali pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tekanan pandemi virus corona tak bisa semata-mata mengandalkan pemerintah. Perlu ada kerjasama dan partisipasi aktif dari dunia usaha swasta, ditambah peran serta masyarakat.
“Kita harus move on. Jangan jadikan momen Covid-19 untuk terus kita tangisi. Kita harus bangkit kembali agar perekonomian Indonesia pulih kembali,” tutup Raden.
Buat pejabat negara atau pegawai pemerintah yang memiliki gaji atau pendapatan tetap dengan mudah bisa berpendapat seperti di atas. Lalu bagaimana dengan masyarakat yang tidak memiliki pendapatan tetap seperti korban PHK yang hidupnya sangat bergantung dari sektor non formal.