Marketnews.id Batubara sebagai salah satu produk andalan ekspor Indonesia, masih diharapkan menjadi sumber pendapatan negara yang besar. Meskipun di tengah pendemi Covid-19, dimana permintaan lokal maupun internasional menurun. Tapi Pemerintah optimistik target produksi tetap tercapai meskipun harga dan permintaan mengalami penurunan.
Kementerian ESDM meyakini, target produksi batubara di tahun 2020 masih bisa dicapai meskipun kondisi pasar global sedang mengalami tekanan akibat adanya pandemi covid-19. Dalam roadmap, produksi batubara nasional hingga akhir tahun 2020 sebesar 550 juta ton. Hingga periode Mei 2020 di saat pandemi covid-19 di Indonesia menunjukkan tren peningkatan, realisasi produksi batubara mencapai 42 persen dari target.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Dirjen Minerba Kementerian ESDM , Sujatmiko, mengatakan bahwa target tersebut meningkat jika dibandingkan tahun 2019 yang mencapai 138 juta ton. Meski begitu Sujatmiko menyadari bahwa tekanan akibat covid-19 dan juga anjloknya harga batubara menjadi tantangan bagi pemerintah untuk bisa mencapai target tersebut.
“Kalau dibandingkan 7 bulan ke depan rasa – rasanya produksi bisa kita capai sebab sampai Mei kemarin sudah mencapai 42 persen. Sampai Mei kemarin memang kondisi pandemi membuat banyak industri yang nggak jalan sebagaimana mestinya makanya permintaan listrik turun dan itu membuat permintaan batubara untuk pemenuhan listrik juga turun,” kata Sujatmiko dalam diskusi media secara daring, Selasa (30/6).
Sujatmiko menambahkan, dari target produksi tersebut untuk domestik market obligation (DMO) sebanyak 155 juta ton. Namun akibat adanya penurunan permintaan di dalam negeri akibat covid-19 maka diproyeksikan pasokan batubara untuk domestik hanya akan mencapai 91 persen dari target atau sekitar 141 juta ton saja. Hingga Mei 2020 kemarin penyerapan batubara di pasar domestik baru sekitar 28 persen.
“Saat ini permintaan batubara di dalam negeri masih banyak untuk listrik (pembangkit listrik) sebesar 70 persen atau setara 109 juta ton. Jadi memang backbone batubara dalam negeri adalah untuk sektor listrik. Lalu untuk smelter 16,52 juta ton (11 persen),” sambung Sujatmiko.
Sementara itu terkait dengan kinerja ekspor batubara, Sujatmiko menyatakan bahwa sampai dengan Mei 2020 kemarin, volume batubara yang mampu diekspor yaitu sebanyak 175,15 juta ton dengan nilai mencapai USD7,77 miliar. Capaian ini turun baik secara volume ataupun nilai akibat wabah covid-19.
Dibandingkan periode yang sama tahun 2019, volume ekspor batubara pada Januari – Mei 2020 anjlok 10 persen. Tercatat ekspor pada periode yang sama tahun 2019 adalah sebesar 193,82 juta ton. Sementara nilai ekspor tahun ini turun 18 persen jika dibandingkan tahun 2019 dalam periode yang sama. Diperkirakan sampai akhir tahun 2020 ekspor batubara akan mencapai 435 juta ton.
“Penurunan kinerja ekspor akibat berkurangnya permintaan pasar global dan juga melemahnya harga sebagai dampak covid-19. Maka ini jadi PR kita untuk stabilisasi harga batubara. Kita berharap volume ekspor masih di atas 400 juta ton, kami juga selalu kontak dengan importir luar negeri dan juga cari pasar baru seperti Bangladesh,” pungkasnya.