MarketNews.id Media Investasi dan Pasar Modal
Related Articles
Marketnews.id Upaya Pemerintah untuk meringankan beban dunia usaha dan perbankan, melalui relaksasi perbankan perlu dilakukan secara hati-hati. Karena, sebelum terjadi pendemi Covid-19, beberapa perusahaan sudah mulai bermasalah karena salah urus. Perusahaan inilah yang perlu diwaspadai agar tidak mendapat relaksasi dari perbankan.
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menegaskan sangat berhati-hati dalam melaksanakan restrukturisasi kredit. Sebab kebijakan yang ditetapkan pemerintah melalui Ototitas Jasa Keuangan (OJK) rentan dipermainkan dan dimanfaatkan oleh debitur nakal.
Oleh sebab itu program restrukturisasi kredit yang diluncurkan harus dapat dipastikan tepat sasaran dan memang diperuntukkan bagi nasabah yang terkena dampak Covid-19.
Presiden Direktur BBCA, Jahja Setiaatmadja mengatakan, perbankan harus terus selektif melaksanakan program restrukturisasi kredit terdampak Covid-19. Menurutnya program ini menuntut pihak perbankan untuk mendalami kondisi keuangan nasabah secara lebih personal.
“Bahayanya restrukturisasi adalah mengkamuflase debitur yang tidak sanggup bayar menjadi tetap lancar. Padahal sebagai perbankan, internal kami terpaksa mendalami satu per satu keadaan nasabah,” kata Jahja, Rabu (10/6).
Oleh sebab itu pihaknya harus jeli dan paham mengenai permasalahan dari setiap debitur. Validasi permohonan restrukturisasi dipastikan secara bertahap dengan proses yang cukup ketat.
Jahja mengaku, menekankan pada jajarannya untuk memperhatikan pencadangan di tengah proses restrukturisasi, karena dapat mempengaruhi NPL.
“Jadi restrukturisasi semacam face app , muka tua kita foto jadi keliatan muda, tapi intinya kita tetap tua. Itu yang harus didalami dan harus tetap dihitung, karena kita tak mau mengelabui investor dan pemegang saham,” jelas Jahja.
