Marketnews.id Pendemi Covid-19 memang tidak memilih siapa yang akan menjadi korban. Bisa Jadi, dari sisi kesehatan manusia tidak terjangkit. Tapi dari sisi ekonomi justru jadi korban karena kena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Begitu juga di dunia usaha. Produsen masih bisa berproduksi, tapi konsumen tidak berdaya beli. Akhirnya produksi tidak terjual, dan kerugian pun akan datang.
Emiten properti PT Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) memberhentikan atau melakukan PHK kepada 676 karyawan selama masa pandemi Covid-19.
Berdasarkan keterbukaan informasi, manajemen LPKR melaporkan sudah menghentikan 676 karyawan, merumahkan 73 karyawan dan memotong gaji 619 karyawan. Sebelum pandemi jumlah karyawan anak usaha Grup Lippo itu mencapai 15.995 tetapi karena terdampak berkurang menjadi 14.927.
PHK itu terjadi karena usaha LPKR terganggu oleh Covid-19. Pasalnya perseroan menghentikan operasional sebagian mall antara 1 sampai 3 bulan. Bahkan, sampai dengan Maret-April 2020, laba bersih perseroan diperkirakan berkurang lebih dari 75 persen, dan penurunan pendapatan kurang dari 25 persen.
“Mal yang dimiliki maupun dikelola perseroan untuk sementara dihentikan kegiatan operasionalnya mengikuti ketentuan pemerintah pusat maupun daerah sehubungan dengan PSBB,” sebut manajemen Kamis (4/6/2020).
Sebagai informasi, LPKR mengelola 51 mall dengan gross floor area mencapai 3,4 juta meter persegi. Tahun lalu perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp12,32 triliun naik 7,88 persen dibandingkan dengan 2018.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, segmen operasi real estate development menyumbang Rp3,09 triliun, real estate management Rp9,22 triliun dan fund management Rp125,17 miliar. Selain mall, beberapa hotel juga ikut ditutup sebagai bagian dari upaya mengurangi beban operasional. Parkir yang dikelola sebagian besar dihentikan kegiatan operasionalnya mengikuti Mall atau Hotel.
Adapun pos hotel dan restoran menyumbang Rp388,49 miliar sedangkan parkir Rp417,57 miliar. Maka itu manajemen memperkirakan bakal ada koreksi pendapatan dan laba bersih kurang dari 25 persen sampai April 2020.
Saat ini manajemen tengah berupaya menjaga kestabilan cash, merampingkan biaya dan mencari channel baru untuk menjaga kelangsungan usaha di tengah kondisi pandemik Covid-19. Selain itu, anak usaha bl Keluarga Mochtar Riady itu saat ini memiliki lebih dari Rp3,5 triliun dalam bentuk tunai dalam dolar AS (USD) dan dolar Singapura (SGD).
“Tingkat utang bersih terhadap ekuitas tetap sebesar 21%. Hal ini memastikan Grup berada dalam posisi yang baik untuk menghadapi dampak pandemic global,” sebut manajemen.
Tahun ini LPKR kembali menargetkan marketing sales sebesar Rp2,5 triliun pada 2020 atau sama dengan tahun lalu. Manajemen menyebutkan pada kuartal I/2020 telah mencapai 28 persen dari target atau sebesar Rp703 miliar.
Sementara itu berkaca dari realisasi tahun lalu, anak usaha Grup Lippo ini hanya membukukan Rp1,85 triliun atau 74 persen dari target yang ditetapkan.
Meski demikian, John Riady Chief Executive Officer Lippo Karawaci mengatakan pada kuartal keempat tahun lalu perseroan menunjukkan kemajuan dalam rencana transformasi bisnis.
“Pra Penjualan pada kuartal keempat 2019 merupakan pra penjualan kuartal tertinggi dan penawaran umum terbatas secara signifikan telah meningkatkan posisi kas dan setara kas kami untuk mengatasi krisis yang diciptakan oleh COVID-19 serta membangun fondasi untuk bangkit kembali pasca COVID-19,” katanya.