Marketnews.id Tidak ada seorangpun yang menduga bila pendemi Covid-19 yang berlangsung saat ini akan meruntuhkan tatanan kehidupan suatu negara bahkan dunia. Semua merasa terpapar akibat pendemi ini. Dampaknya, banyak pihak baik pribadi ataupun lembaga bisnis harus berhitung ulang atas rencana dan target bisnis yang telah dibuat.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), merevisi sejumlah target bisnisnya hingga akhir tahun 2020. Revisi diperlukan karena pandemi Covid-19 mengubah semua peta jalan bisnis perseroan dan juga proyeksi pertumbuhan ekonomi baik secara global atau domestik.
Meski mengubah targetnya, manajemen Bank BRI memastikan akan tetap fokus untuk bermain di level usaha mikro kecil menengah ( UMKM ).
Menurut Direktur Utama BBRI, Sunarso, sejumlah revisi target sudah disesuaikan, diantaranya target pertumbuhan kredit sepanjang tahun ini menjadi 5 persen, dari sebelumnya sekitar 11 persen. Kemudian, nett interest margin (NIM) dipatok tumbuh 5,5 persen, loan deposit rasio (LDR) ditargetkan 90 persen plus minus 2 persen, dan pertumbuhan pendapatan ditargetkan tumbuh 7 persen.
Sementara untuk OPEX dibidik sekitar 9 persen full year , dan untuk non performing loan (NPL/kredit macet) ditetapkan sebesar 3 persen.
Meski beberapa indikator rencana bisnis bank (RBB) untuk jangka waktu setahun ini direvisi, namun kinerja hingga triwulan I-2020 BBRI masih terlihat cukup baik.
Hingga triwulan I 2020, aset BBRI tercatat tumbuh 6,2 persen, dari Rp1.279,9 triliun menjadi Rp1.359 triliun (yoy).
Kemudian kredit perseroan tumbuh 10,1 persen, dari Rp845,7 triliun menjadi Rp930,7 triliun.
Untuk NPL, dari sebelumnya 2,42 persen menjadi 3 persen, LDR dari 90,35 persen menjadi 90,45 persen, dan NIM dari 6,6 persen menjadi 6,59 persen.
“BRI masih menunjukan fokusnya kepada UMKM , yaitu 78,3 persen, dan yang non UMKM turun menjadi 21,69 persen, sampai triwulan I-2020.
Menurut Sunarso, Bank BRI berkomitmen menjaga kualitas bisnisnya dengan melakukan strategi selective growth di tengah pandemi, yang tercermin pada kinerja hingga akhir kuartal I 2020.
Penyaluran kredit BBRI tercatat sebesar Rp930,7 triliun, dari sebelumnya Rp845,7 triliun. Pertumbuhan ini di atas rata – rata industri perbankan nasional.
“Dengan strategi yang telah disiapkan dan dengan pengelolaan manajemen risiko yang memadai, Bank BRI optimistis dapat melalui pandemi ini dengan tetap menjaga kualitas bisnisnya,” sambung Sunarso.
Lebih jauh Sunarso menjelaskan, strategi Bank BRI untuk menghadapi The New Normal, terbagi menjadi tiga hal utama, yakni pada pekerja dan jaringan, teknologi informasi (IT) dan digital, serta proses bisnis.
Untuk pekerja dan jaringan BBRI menerapkan flexy working , perubahan fungsi dan peran jaringan kantor Bank BRI, co-working space dan penerapan protokol kesehatan di seluruh kantor Bank BRI.
Dalam hal IT dan digital, perseroan menyiapkan kehandalan sistem dan jaringan serta keamanan sehingga masyarakat mudah dan aman bertransaksi perbankan BRI.
“Yang terakhir, BRI mengubah produk, bisnis proses dan operasional dengan menyesuaikan perilaku masyarakat, seperti menghadirkan pinjaman digital dan simpanan digital dengan tetap tumbuh sehat melalui selective growth ,” ujarnya.