Marketnews.id Blunder. Istilah ini bisa jadi cocok dengan yang terjadi belakangan ini di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI). Semua juga mahfum, apa yang terjadi belakangan ini adalah buah dari yang ditanam sebelumnya.
Seperti diketahui, situasi yang tidak kondusif di pasar modal Indonesia sudah dimulai terasa menjelang penutupan perdagangan saham akhir tahun. Dan berlanjut dengan mencuat nya kasus gagal bayar Asuransi Jiwasraya yang menyeret beberapa pelaku bursa dan berakibat semakin lemahnya perdagangan dilantai bursa. Setidaknya 800 rekening yang terlibat transaksi kasus di atas dibekukan atas perintah Kejaksaan.
Dampak dari kasus di atas dapat diprediksi. Nilai transaksi perdagangan turun dari rata rata Rp 9 triliun per hari menjadi Rp 6 sampai 7 Triliun per hari. Dan IHSG dipastikan terus mengalami penurunan. Penurunan volume dan nilai transaksi perdagangan dan IHSG semakin diperparah dengan datangnya wabah virus Corona membuat IHSG tersungkur hampir 20 persen sejak awal tahun.
Kini, wabah virus Corona sudah ditetapkan menjadi pendemi membuat banyak negara panik karena banyak warganya terkena virus Corona.
Rentetan peristiwa di atas pekan ini mencapai puncak nya,
Dimana hampir semua negara pasar modalnya jatuh termasuk Indonesia mengalami penurunan indeks lebih dari 20 persen sejak.awal tahun 2020.
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengimbau pada pelaku pasar saham untuk tidak panik seiring koreksi terjadi pada perdagangan hari ini, Jumat (13/3/2020).
Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi mengatakan tren bearish tidak hanya melanda pasar saham dalam negeri. Dia menyebut, sejumlah negara juga mengalami tren serupa, seperti Bursa Thailand yang mencetak penurunan 10 persen hingga otoritas bursa di sana menghentikan perdagangan sementara.
Dia menerangkan, pihaknya sudah menerapkan berbagai upaya untuk menahan penurunan lebih dalam. Misalnya, BEI sudah mengubah batasan auto rejection bawah (ARB) menjadi minus 7 persen dari sebelumnya minus 10 persen.
“Ini semua agar supaya investor tidak ikut-ikutan menjual.Investor kami ajak rasional, jangan panik. Kalau dilihat secara mendalam, banyak perusahaan layak dikoleksi. sayang dijual saat ini,” jelasnya di Jakarta, Jumat (13/3/2020).
Dia mengungkapkan, pekan depan ada lembaga dana pensiun yang sudah berkomitmen untuk membeli saham. Namun, dia enggan membeberkan lebih detail terkait komitmen tersebut.
Untuk diketahui, BEI menyetop sementara perdagangan saham 15 menit setelah pembukaan karena IHSG turun 5,01 persen ke level 4.650,58. Perdagangan saham dibuka kembali pada pukul 09.45 WIB. Hingga pukul 10.24 WIB, IHSG terpantau di leve 4.651,77 atau turun 4,98 persen.
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yatna menambahkan fundamental emiten terbilang baik. Berdasarkan data laporan keuangan per September 2019, sebanyak 79 persen emiten membukukan pertumbuhan pendapatan bersih. Sementara itu di bursa Asia Tenggara lain seperti Malaysia hanya 68 persen dan SIngapura 64 persen.
Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan gonjang-ganjing di lantai bursa tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan hampir di semua negara mengalami hal yang sama. Hal itu terjadi karena kepanikan pelaku pasar yang terdorong oleh sentimen negatif wabah corona.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso, mengatakan pihaknya sudah mencoba memberikan stimulus untuk menghadapi sentimen negatif tersebut. Salah satunya adalah dengan mengizinkan emiten melakukan buy back saham tanpa melalui RUPS .
Namun diakuinya bahwa stimulus ini tidak bisa langsung berimbas pada pembalikan arah IHSG . Menurutnya hal itu hanya bisa mengubah arah sentimen pasar ke arah yang positif sehingga diharapkan IHSG kemudian menguat.
Wimboh berharap pelaku pasar tidak panik karena pemerintah melalui otoritas yang ditunjuk selalu siap menghadapi berbagai situasi, termasuk dalam menghadapi wabah corona. OJK sendiri sudah memiliki roadmap yang jelas dan tegas ketika menghadapi situasi pasar yang sulit seperti saat ini. Sehingga segala kebijakan yang akan dan yang sedang dilakukan semuanya sudah dalam koridor yang ditetapkan.
Dia menegaskan segala bentuk kebijakan yang ditempuh pemerintah dan otoritas dipastikan akan berdampak pada kemudahan berusaha. Pemerintah memastikan ruang gerak pelaku usaha tetap terbuka lebar meskipun di tengah kondisi yang sulit.
“Kami punya protokol yang jelas dan transparan baik di OJK ataupun di Bursa. Jadi kita imbau untuk tidak terlalu panik,” ulas Wimboh.
IHSG