Marketnews.id Ditengah ketidakpastian ekonomi dunia dan makro, Pemerintah via Menteri Keuangan optimistik pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun 2020 ini akan mencapai 4,5 persen. Mampukah pertumbuhan ini bertahan hingga akhir tahun 2020
Kalkulasi dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu), pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal pertama 2020 di level minimal 4,5 persen, setelah hingga pekan pertama Maret angka pertumbuhan ekonomi masih menyentuh level 4,9 persen. Dengan semakin besarnya tekanan akibat virus corona dan masih ada spare waktu hingga 12 hari ke depan, diyakini pertumbuhan juga sedikit tertekan.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan tren pertumbuhan ekonomi termasuk perdagangan Indonesia hingga Februari 2020 masih cukup baik jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Dari sisi neraca perdagangan pada Februari 2020 justru surplus USD2,34 miliar. Hal ini tentunya akan menjadi faktor penghitung penting bagi pertumbuhan ekonomi secara kuartalan. Namun begitu, harus diperhatikan perkembangan situasi dan kondisi di sisa waktu yang ada.
“Jadi di kuartal I 2020 hingga akhir Maret ini mungkin akan mengalami penurunan sehingga asumsi kita sekitar 4,5 persen, kalau di China sudah negatif sangat dalam,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa melalui layanan live video conference, Rabu (18/3).
Meski diasumsikan masih tumbuh positif di kuartal I 2010, namun Sri Mulyani mengatakan bahwa pemerintah harus berhati-hati untuk kuartal II 2020 dan juga pertumbuhan ekonomi secara full year.
Sebab, keseluruhan asumsi tersebut akan dipengaruhi oleh seberapa lama wabah virus corona dan persoalan global masih akan berlanjut. Oleh sebab itu Sri Mulyani enggan menyampaikan asumsi pertumbuhan ekonomi secara full year karena masih harus memperhatikan dan memonitor situasi baik domestik ataupun global.
“Namun kita akan sangat hati – hati di kuartal II karena covid-19 ini terjadi di banyak negara. Itu dampaknya akan sangat signifikan, jadi di kuartal II kita akan hadapi tekanan signifikan meskipun ada agenda seasonality seperti ada gaji 13, THR lebaran dan lainnya. Tapi kalau orang masih di rumah juga nggak bisa ngapa-ngapain,” ulasnya.
Wajar bila Menkue belum berani memastikan berapa angka yang tepat buat pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir tahun ini.
Seperti diketahui, Pendemi virus korona (Covid-19) benar-benar memukul pertumbuhan ekonomi dunia. Proyeksi Organization for Economic Cooperation and Development ( OECD ) memperkirakan pandemik covid-19 membuat pertumbuhan ekonomi dunia hanya akan mencapai level 2,4 persen.
Perkiraan ini dengan catatan apabila wabah ini hanya terjadi hingga kuartal I-2020, dan negara yang terkena wabah di luar China tidak signifikan. Namun jika pandemik ini berlangsung lebih lama, dan menyebar masif ke kawasan Asia Pasifik, Eropa dan Amerika Utara, maka OECD memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global hanya akan mencapai level 1,5 persen.
Analisa itu disampaikan Menteri Keuangan, Sri Mulyani dalam live video conference tentang APBN KiTa, Rabu (18/3). Menurutnya, asumsi pertumbuhan ekonomi tersebut jauh dari perkiraan dari mayoritas lembaga internasional sebelumnya.
Sebelum pandemik korona terjadi, rata-rata lembaga internasional meyakini bahwa tahun 2020 adalah tahun dengan asumsi yang lebih baik dibandingkan tahun 2019. Tahun 2019 semula diperkirakan merupakan tahun terburuk bagi perekonomian dunia sehingga tahun 2020 diproyeksikan akan menjadi titik rebound .
Namun semua prediksi tersebut terpatahkan lantaran pandemi wabah korona yang sudah mendunia sehingga membuat keadaan kian sulit. Prakiraan IMF sebelumnya, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan mencapai 3,3 persen dan volume perdangangan global sebesar 2,9 persen. Tapi prakiraan tersebut kini terkesan hampir mustahil tercapai karena adanya wabah korona.
“Proyeksi penurunan ini sangat drastis, performance perekonomian dunia terlemah dibandingkan semenjak krisis global 2008-2009. Kondisinya sangat berbeda, karena di tahun 2008-2009 yang sakit adalah sektor keuangan dan korporasi. Tapi kalau sekarang ini yang sakit adalah orangnya sehingga spin over ke sektor perekonomian,” kata Sri Mulyani.
Meski diyakini pertumbuhan ekonomi dunia akan terjun bebas, namun Sri Mulyani menegaskan bahwa arah perekonomian dan perdagangan global akan sangat bergantung pada seberapa cepat dan tepat masing-masing negara yang terkena wabah corona akan mampu mengatasinya. Laju pertumbuhan juga ditentukan oleh kesiapan masing-masing negara dalam mengoptimalkan sektor kesehatan sehingga dampak virus korona bisa ditekan penyebarannya.
“Proyeksi ini masih akan sangat dipengaruhi seberapa lama out break , dan seberapa cepat dilakukan pengendalian, serta seberapa mampu ekonomi masing-masing negara untuk meminimalkan dampaknya,” ungkap Sri Mulyani.