Marketnews.id Bisnis bank memang bisnis uang yang padat modal. Buat pemegang saham utama, menambah modal kerja menjadi suatu keniscayaan buat pemegang saham utama.
Seperti diketahui, Tahun ini akan menjadi periode konsolidasi perbankan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tak lagi menyerahkan upaya konsolidasi perbankan kepada mekanisme pasar, tetapi memberikan ‘paksaan’ lewat aturan.
Otoritas menutup tahun lalu dengan menelurkan POJK 41/POJK.03/2019 tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, Integrasi, dan Konversi Bank Umum. Melalui regulasi tersebut, OJK memiliki wewenang lebih, dalam upaya mewujudkan cita-cita Arsitektur Perbankan Indonesia
Dalam regulasi tersebut dijelaskan bahwa konsolidasi perbankan dapat terjadi atas inisiatif bank, maupun atas dasar tindakan pengawasan OJK. Konsolidasi ini tidak saja dapat dilakukan antara bank umum konvensional (BUK) dan bank umum syariah (BUS), tetapi juga hingga kantor cabang bank yang berkedudukan di luar negeri (KCBLN).
Anthony Salim resmi menjadi pemegang saham pengendali (ultimate shareholder) PT Bank Ina Perdana Tbk. bersama Pieter Tanuri.
Posisi ultimate shareholder diraih Anthony Salim pasca adanya perubahan pemegang saham pengendali (PSP) Bank Ina. Berdasarkan keterbukaan informasi perseroan, saat ini satu perusahaan anggota Salim Group telah menjadi PSP Bank Ina.
Perusahaan yang dimaksud adalah PT Indolife Pensiontama. Sebelumnya, PSP Bank Ina hanya dipegang oleh PT Philadel Terra Lestari, perusahaan milik Pieter Tanuri.
“Ultimate shareholder Bank Ina sekarang ada dua, yakni Anthony Salim dan Pieter Tanuri,” ujar Sekretaris Perusahaan Bank Ina Ria Sari Sidabutar kepada Bisnis, Selasa (14/1/2020).
Menurutnya, kepemilikan saham tidak ada perubahan dibandingkan dengan posisi tahun lalu. Kepastian menjadi PSP ini ditetapan oleh OJK baru-baru ini.
Berdasarkan laporan kinerja perseroan, hingga September 2019 Philadel Terra Lestari menguasai 9,64% saham Bank Ina. Kemudian, Indolife Pensiontama memegang 22,47% saham anggota BUKU II ini.
Sebelum Anthony Salim menjadi ultimate shareholder, Pieter Tanuri menjadi PSPT tunggal Bank Ina. Posisi Pieter yang seorang diri menjadi PSPT terjadi sejak Juni 2019, pasca Oki Widjaja tak lagi menjadi ultimate shareholder perseroan.
Hingga kuartal III/2019 Bank Ina tercatat memiliki modal inti Rp1,149 triliun. Nilai tersebut turun tipis 0,94% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Emiten berkode BINA ini berhasil mengantongi laba bersih senilai Rp4,17 miliar pada periode tersebut atau tumbuh 10,02% yoy. Dalam menjalankan fungsi intermediasinya, Bank Ina berhasil menyalurkan kredit Rp2,29 triliun pada periode yang sama atau tumbuh 30,43% yoy.
Bank Ina juga mencatat kenaikan total aset 17,36% yoy menjadi Rp4,52 triliun. Kenaikan ini ditopang tumbuhnya dana pihak ketiga (DPK) yang dikelola perseroan sebesar 23,47% yoy menjadi Rp2,53 triliun.