MarketNews.id- PT Darma Henwa Tbk (DEWA), perusahaan jasa pertambangan grup Bakrie kembali mengakui defisit sedalam Rp1,07 triliun pada akhir Juni 2024.
Nilai akumulasi kerugian tersebut menyusut 2,1 persen dibanding akhir tahun 2023 yang mencapai Rp1,093 triliun.
Pengurangnya, DEWA membukukan laba bersih Rp14,237 miliar pada akhir Juni 2024, atau tumbuh 11,8 persen dibanding akhir Juni 2023.
Hal itu tertera dalam laporan keuangan (LK) telah audit oleh akuntan publik, Chairul Wismoyo dalam laporan keuangan DEWA yang diunggah pada laman BEI dikutip Rabu 2 Oktober 2024.
“ Tujuan kami adalah untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan konsolidasian interim secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, dan untuk menerbitkan laporan auditor yang mencakup opini kami,” tulis Chairul dalam laporan auditnya.
Sebelumnya dalam laporan keuangan kuartal I 2024, emiten grup Bakrie itu mengakui telah membukukan saldo laba sebesar Rp376 miliar pada kuartal I 2024. Walau dalam 3 bulan pertama 2024 hanya membukukan laba bersih Rp7,9 miliar.
DEWA juga menyajikan kembali menyajikan pos penyesuaian perubahan mata uang sebesar Rp1,462 triliun pada komponen ekuitas akhir Juni 2024. Nilai tersebut setara dengan yang disajikan pada akhir tahun 2023.
Sedangkan laporan keuangan kuartal I 2024, DEWA menyajikan pos penyesuaian perubahan mata uang nihil.
Seperti diketahui, Bursa Efek Indonesia (BEI) selaku regulator bursa menelisik pengakuan Darma Henwa (DEWA) telah membukukan saldo laba sebesar Rp376 miliar pada kuartal I 2024.
Hal itu untuk memastikan pengakuan tersebut tidak menyesatkan pengguna laporan keuangan kuartal I 2024 tanpa audit.
Seperti tersurat dalam pertanyaan BEI kepada manajemen DEWA pada akhir pekan lalu. ‘Apa yang mendasari keyakinan DEWA bahwa tanpa pengungkapan lebih lanjut dalam laporan keuangan kuartal I 2024 tidak akan menyesatkan penggunanya setelah adanya reklasifikasi penyesuiaan mata uang ke saldo laba sehingga semula defisit Rp1,09 triliun menjadi saldo laba Rp376 miliar.
Menanggapinya, Direkur DEWA, Ahmad Hilyadi menyampaikan bahwa perseroan telah melakukan penelaahan yang cukup untuk mengungkapkan dasar-dasar penentuan net off pada laporan perubahan ekuitas penyesuaian perubahan mata uang dengan saldo laba yang menyebabkan defisit Rp1,09 triliun menjadi saldo laba Rp376,5 miliar.
“Dengan perubahan saldo laba positif ini perseroan berkeyakinan bahwa informasi tersebut tidak menyesatkan penggunaanya dikarenakan sesuai pemahaman, penafsiran dalam PSAK 221 paragraf 37,” jawab Ahmad.
Namun manajemen DEWA mengakui tidak ada PSAK ( Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) yang mengatur efek perubahan mata uang asing terhadap saldo laba secara langsung. Tapi manajememen DEWA bersikukuh bahwa reklasifikasi dapat dilakukan pada saldo ekuitas.
Abdul Segara