MarketNews.id Kinerja PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) sepanjang semester pertama tahun 2023 ini masih alami tekanan. Menurunnya pendapatan usaha hingga 13,73 persen, membuat emiten beton precast ini alami kerugian sebesar Rp 263 miliar dari sebelumnya meraih laba bersih sebesar Rp 675,77 miliar. Akumulasi dari kerugian ini, defisit perseroan mencapai Rp 8,45 triliun pada semester pertama 2023.
Selama enam bulan pertama tahun ini, PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) menderita rugi bersih sebesar Rp263,76 miliar, sehingga total defisit hingga akhir Juni 2023 membengkak menjadi Rp8,45 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasi di Jakarta, Jumat 4 Agustus 2023, jumlah pendapatan usaha WSBP di Semester I-2023 melorot 13,73 persen menjadi Rp641,68 miliar dari Rp743,79 miliar pada Semester I-2022.
Sementara, beban pokok pendapatan WSBP di paruh pertama tahun ini tercatat Rp545,04 miliar atau menurun 14,75 persen (y-o-y). Sehingga, laba bruto di Semester I-2023 menjadi Rp96,64 miliar atau lebih rendah 7,5 persen (y-o-y).
Setelah dikurangi beban usaha maupun beban keuangan, maka paruh pertama tahun ini perseroan mencatatkan rugi sebelum pajak sebesar Rp263,76 miliar. Padahal di periode yang sama setahun lalu, WSBP bisa membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp1,43 triliun.
Untuk periode yang berakhir 30 Juni 2023, WSBP kembali tidak melakukan pembayaran pajak penghasilan, sehingga rugi bersih periode berjalan di Semester I-2023 juga tercatat Rp263,76 miliar.
Seperti diketahui, pada Tahun Buku 2022 perseroan mampu membukukan laba bersih periode berjalan Rp675,77 miliar atau berbalik positif dibanding Tahun Buku 2021 yang mencatatkan rugi bersih periode berjalan mencapai Rp1,94 triliun.
Dengan adanya catatan negatif pada kinerja bottom line per 30 Juni 2023 tersebut, maka defisit WSBP membengkak 3,17 persen menjadi Rp8,45 triliun dari Rp8,19 triliun pada 31 Desember 2022.
Hingga 30 Juni 2023, WSBP mencatatkan ekuitas negatif sebesar Rp2,37 triliun atau melambung 12,86 persen dibanding per 31 Desember 2022 yang mengalami defisiensi modal sebesar Rp2,1 triliun.
Sedangkan, total liabilitas hingga akhir Juni 2023 sebesar Rp7,72 triliun atau lebih rendah 4,34 persen dibanding per akhir Desember 2022 yang sebesar Rp8,07 triliun.