MarketNews.id Meskipun pertumbuhan ekonomi nasional terus positif dalam empat kuartal terakhir, tapi masyarakat harus memiliki sense of crisis, dan harus siap atas segala kemungkinan yang mungkin terjadi. Pelemahan ekonomi Global akibat Covid dan konflik Rusia Ukraina yang berkepanjangan, berdampak pada naiknya harga beberapa komoditas utama dan terjadinya krisis di beberapa negara maju.
Dampak dari pengetatan moneter di negara maju akan berdampak pada peningkatan suku bunga global berdampak pada pengetatan moneter dan memicu aliran modal keluar dan akan menimbulkan tekanan terhadap nilai tukar rupiah.
Perekonomian nasional saat ini dinilai dalam tren positif dan masih tumbuh kuat dengan pertumbuhan di atas 5 persen selama empat kuartal berturut-turut, bahkan pada periode Juli-September 2022 mencapai 5,72 persen (y-o-y).
“Inflasi relatif moderat dibandingkan negara lain dan mulai menunjukkan penurunan ke level 5,71 persen (y-o-y) pada Oktober dari sebelumnya 5,95 persen di September,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat mendampingi Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin, dalam penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran ( DIPA ) dan Daftar Alokasi Transfer ke Daerah (TKD) Tahun Anggaran 2023, di Istana Negara, Jakarta, melalui keterangan tertulis, Kamis 1 Desember 2022.
Di sisi lain, neraca perdagangan RI bertahan surplus dalam 30 bulan berturut-turut serta indeks PMI yang tetap ekspansif dalam 14 bulan terakhir, walau harus terus dicermati karena dalam satu bulan terakhir mengalami penurunan.
Dengan pencapaian tersebut, optimisme proses pemulihan ekonomi terus dijaga meskipun pemerintah harus makin waspada terhadap risiko global yang berasal dari faktor geopolitik, penerapan zero Covid di China yang menyebabkan perlambatan ekonomi, maupun dampak pengetatan kebijakan moneter di negara maju untuk pengendalian inflasi yang akan berakibat perlemahan ekonomi global.
“Kondisi ini akan meningkatkan suku bunga global, memicu aliran modal keluar dan menimbulkan tekanan terhadap nilai tukar rupiah,” ujar Sri Mulyani.
Acara hari ini sekaligus sebagai simbol dari dimulainya pelaksanaan APBN Tahun 2023. Ini adalah tahun keempat pelaksanaan tugas Kabinet Indonesia Maju, di mana 3 tahun pertama Indonesia dan dunia dihadapkan pada tantangan pandemi Covid-19. Indonesia dapat menangani pandemi dan mengelola dampak secara baik dibandingkan banyak negara di dunia. APBN menjadi instrumen yang sangat penting dan diandalkan.
“Perlu saya ingatkan kembali, keadaan sekarang, utamanya ekonomi global memang tidak berada pada posisi yang normal, tidak sedang dalam keadaan yang baik-baik saja,” kata Presiden saat menyampaikan arahannya.
“Karena itu, kita semuanya harus memiliki sense of crisis, betul-betul siap atas segala berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi. Yang tanpa kita prediksi, yang tanpa kita hitung semuanya kita harus siap. Bukan hanya untuk mampu bertahan tetapi juga bisa memanfaatkan setiap peluang yang ada. Oleh karena itu, strategi besar, rencana besar yang kita siapkan betul-betul harus secara konsisten kita kerjakan di lapangan.” Ujar Presiden Joko Widodo.