MarketNews.id PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) terus berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas produksi guna memenuhi pertumbuhan permintaan produk petrokimia di dalam negeri. Untuk memenuhi komitmen tersebut emiten bahan baku kimia ini terus mengembangkan kompleks CAP2 berskala dunia.
Untuk mempercepat pembangunan CAP2, emiten produsen petrokimia ini memanfaatkan fasilitas pinjaman dari Bank OCBC NISP sebesar USD 100 juta dengan tenor 10 tahun.
Harapannya dengan selesainya CAP2 Indonesia dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor, mendukung visi Pemerintah untuk industri 4.0 dan menciptakan karir jangka panjang bernilai tinggi.
PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) raih fasilitas pinjaman 10 tahun sebesar US$ 100 juta dari Bank OCBC NISP. Dana hasil pinjaman ini akan digunakan oleh perseroan untuk memfasilitasi pertumbuhan industri petrokimia dalam negeri.
Chief Financial Officer Chandra Asri Petrochemical (TPIA) Andre Khor menjelaskan, perseroan merupakan produsen petrokimia terintegrasi dan terbesar di Indonesia. Perseroan terus berkomitmen untuk meningkatkan kapasitasnya guna memenuhi pertumbuhan permintaan produk petrokimia di dalam negeri. Salah satu strategi perseroan adalah mengembangkan kompleks CAP2 berskala dunia.
“Dengan dibangunnya kompleks ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor, mengembangkan industri hilir petrokimia lokal, mendukung visi pemerintah untuk Industri 4.0 dan menciptakan karir jangka panjang yang bernilai tinggi,” jelasnya dalam keterangan resmi, Kamis 7 Juli 2022.
Andre menambahkan, TPIA sangat antusias untuk memperluas dan meningkatkan hubungan dengan bank OCBC NISP sebagai institusi keuangan terkemuka yang menyediakan solusi perbankan yang komprehensif untuk memenuhi kebutuhan nasabah industri seperti yang dijalani oleh Chandra Asri. Untuk diketahui, pinjaman sebesar US$ 100 juta ini bertenor 10 tahun.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Bank OCBC NISP Martin Widjaja mengatakan, pembiayaan yang diberikan oleh Bank OCBC NISP adalah bagian dari komitmen Bank untuk mendukung Chandra Asri agar dapat secara berkesinambungan mengembangkan bisnisnya.
Kerjasama strategis ini merupakan langkah awal yang baik untuk kedua belah pihak.
“Sebagai mitra perbankan, kami berharap dapat memberikan layanan keuangan yang terintegrasi dan komprehensif guna mendukung Chandra Asri untuk tetap menjadi produsen petrokimia terintegrasi dan terbesar di Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, hingga kuartal pertama 2022 emiten dengan kode saham TPIA ini membukukan pendapatan bersih sebesar US$ 677,7 juta pada kuartal I-2022 atau naik 13% dari periode yang sama tahun lalu. Selain itu, perseroan membukukan EBITDA US$ 24,1 juta dan dengan rugi bersih setelah pajak US$ 11 juta.
“Kinerja kami selama kuartal pertama tahun 2022 sebagian besar dipengaruhi oleh perang Rusia-Ukraina. Ketegangan geopolitik memicu harga minyak mentah melonjak hingga lebih dari US$ 100 per barel, yaitu sekitar 25% lebih tinggi kuartal ke kuartal vs Kuartal IV-2021, dan sekitar 66% lebih tinggi vs Kuartal I-2021. Permintaan yang melemah di Tiongkok karena lockdown Covid-19 juga menyebabkan pengetatan spread petrokimia, terutama untuk polyolefins,” terang Direktur TPIA Suryandi.
Dia menambahkan, perseroan terus mempertahankan neraca yang kuat, dengan liquidity pool sebesar US$ 2,55 miliar yang terdiri dari US$ 1,724 miliar kas dan setara kas US$ 398 juta surat berharga, dan US$ 428 juta fasilitas committed revolving credit yang tersedia.
Fundamental yang kokoh menempatkan Chandra Asri pada posisi yang kuat untuk menavigasi melalui ketidakpastian yang sedang berlangsung, dan untuk menangkap peluang yang muncul.