MarketNews.id Saat listing perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pembukaan perdagangan hari ini, harga saham
perusahaan kancing perekat hook and loop, PT Samcro Hyosung Lestari Tbk (ACRO) mampu naik dan menembus batas ARA.
Saham ACRO yang dicatatkan di Papan Pengembangan ini terpantau cukup mampu bertahan di zona hijau di awal perdagangan, setelah dibuka menguat 34,26 persen ke level 145 dari posisi penawaran di level 108.
Hingga pukul 9.25 WIB, nilai transaksi ACRO tercatat Rp33,8 miliar, sedangkan volume transaksi sebanyak 255,9 juta saham dan frekuensi transaksi 25.866 kali. Dengan posisi saham yang mandeg di level 137, maka market cap ACRO menjadi Rp476,27 miliar.
Sementara itu, pada pelaksanaan IPO ACRO menawarkan saham ke masyarakat sebanyak 693.828.000 lembar bernilai nominal Rp20 per saham atau setara dengan 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah IPO.
Adapun harga penawaran umum ACRO ditetapkan senilai Rp108 per saham, sehingga perseroan bisa memperoleh dana masyarakat di pasar perdana mencapai Rp74,93 miliar.
Manajemen ACRO menunjuk PT UOB Kay Hian Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi Efek.
Selain melakukan IPO, ACRO juga menerbitkan 231.276.000 Waran Seri I, dengan rasio 3:1. Harga pelaksanaan ditetapkan Rp186 per lembar, sehingga total dana yang bisa dihimpun melalui penerbitan waran ini sebesar Rp43 miliar.
Rencana penggunaan dana sebesar 30 persen dari dana hasil IPO akan digunakan untuk membeli mesin produksi, sebesar 9,84 persen untuk membayar utang kepada PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (SDRA), sebesar 15 persen untuk sewa gudang maupun pembelian kendaraan, sedangkan sisanya untuk modal kerja.
Sementara itu, dana hasil pelaksanaan Waran Seri I juga akan dimanfaatkan sebagai modal kerja.
Dana hasil IPO akan digunakan oleh ACRO untuk peningkatan produksi pabrik dengan pembelian mesin-mesin produksi baru.
Direktur Utama Samcro Hyosung Adilestari Chung Tae Sung mengatakan setelah resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), perseroan mulai mengganti beberapa mesin di pabrik guna dapat mengefisienkan biaya dan produktivitas.
“Kita mengganti mesin baru, efisiensi produksi dan biaya pasti lebih tinggi. Kita sudah pesan [mesin] ke Switzerland,” katanya saat ditemui di Gedung BEI, Kamis 11 Januari 2024.
Chung Tae Sung mengatakan dengan penggantian mesin tersebut, kapasitas produksi akan meningkat. Namun, dia belum dapat merincikan secara detail jumlah seluruhnya.