Marketnews.id Dalam dua tahun terakhir, PT Berlina Tbk produsen kemasan plastik mengalami penurunan kinerja sejalan dengan hadirnya pendemi Covid-19. Untuk meningkatkan kembali kinerja perusahaan, manajemen berusaha untuk mendapatkan pinjaman salah satunya dari pemegang saham utama yakni PT Dwi Satrya Utama (DSU) sebesar Rp 187,5 miliar, selama delapan tahun dengan bunga 7,5 per tahun.
Emiten yang bergerak di bisnis plastik kemasan, PT Berlina Tbk (BRNA) mengumumkan telah meraih pinjaman modal kerja sebesar Rp 187,50 miliar dari PT Dwi Satrya Utama (DSU). Nama terakhir merupakan pemegang saham utama BRNA dengan penguasaan saham sebanyak 26,71 miliar atau setara dengan 54,57% modal ditempatkan dan disetor penuh.
Manajemen BRNA menyampaikan, pengucuran pinjaman akan dilakukan secara bertahap hingga tahun 2025. Adapun periode pinjaman dimulai sejak ditandatanganinya perjanjian pinjaman tersebut pada 4 Januari 2022 hingga 31 Desember 2030 dengan tarif bunga sebesar 7,5% per tahun.
“Kondisi pandemi dalam dua tahun terakhir telah memberikan dampak terhadap pendapatan Perseroan. Untuk terus bertumbuh, kami membutuhkan dukungan lembaga perbankan. Bank menyetujui perubahan fasilitas dalam perpanjangan Perjanjian Pinjaman dengan memperbaharui syarat dan ketentuan dalam Perjanjian tersebut, diantaranya adalah dukungan dari Pemegang Saham Utama yaitu DSU untuk memberikan tambahan dana operasional kepada Perseroan,” demikian pengumuman Manajemen BRNA kepada Bursa Efek Indonesia yang dikutip, Sabtu, 29 Januari 2022.
Dalam paparan publik yang digelar Desember 2021 lalu, Presiden Direktur Berlina, Pujihasana Wijaya mengakui kinerja Perseroan mengalami tekanan akibat pandemi Covid-19 yang terjadi selama dua tahun terakhir. Pandemi menurutnya membuat tren permintaan plastik mengalami pergeseran di 2020 dan 2021.
Untuk itu dia memperkirakan penjualan perseroan berada di angka Rp 1,06 triliun, menurun sebesar 5,5% yoy atau turun 13% dalam dua tahun terakhir.
Pada tahun 2020 penjualan BRNA tercatat 1,12 triliun.
Sementara hingga September 2021 posisi penjualan tercatat Rp 785,49 miliar, mengalami penurunan sebesar 8,95% yoy dari periode yang sama tahun 2020 yang tercatat Rp 862,42 miliar.
Penurunan penjualan ini membuat posisi bottom line juga tertekan, dimana posisi rugi bersih yang diderita meningkat menjadi Rp 85,73, pada periode yang sama tahun 2020, BRNA mencatat rugi bersih Rp 82 miliar.