Marketnews.id Sepanjang tahun lalu, Emiten Tambang Batubara meraih berkah dari meningkatnya harga jual di pasar global. Bila sebelum pendemi harga jual batubara tidak lebih dari USD60 per ton. Kini, harganya sudah lebih USD100.
Tingginya harga batubara ini membuat hampir semua perusahaan tambang berlomba lakukan ekspor hingga kewajiban memasok buat PLN terabaikan. PT Atlas Resources Tbk lewat anak usahanya telah menandatangani kontrak pengadaan buat PLN sebanyak 180.000 ton selama satu tahun.
PT Atlas Resources Tbk (ARII) menyampaikan telah memperoleh kontrak baru untuk memasok batubara ke PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN sebanyak 180.000 ton selama satu tahun.
Kontrak baru tersebut diraih oleh anak usaha ARII, PT Alhasanie dari PT PLN Batubara Niaga. “Salah satu entitas anak, PT Alhasanie baru saja menantangani kontrak pasokan dengan PLN Batubara,” paparnya dalam keterbukaan informasi yang disampaikan melalui Bursa Efek Indonesia, Jumat, 7 Januari 2022.
Dalam kesempatan tersebut Manajemen Atlas Resources sekaligus memastikan bahwa kebijakan larangan ekspor batu bara oleh pemerintah tidak berdampak material terhadap kinerja keuangan, kegiatan operasional, permasalahan hukum maupun melangsungan usaha Perseroan maupun entitas anak Perseroan.
“Perseroan akan terus menjalankan kegiatan usaha sesuai strategi yang sudah direncanakan,” tegasnya.
Sebelumnya, dalam paparan publik ARII yang digelar pada 29 Desember 2021 disebutkan, Perseroan berencana meningkatkan volume produksi sebesar 2 kali lipat dibanding RKAB 2021 menjadi 5 juta ton di tahun 2022.
Adapun terkait harga batubara, Andre optimistis harga batubara akan tetap stabil di tahun 2022. Optimisme ini didasarkan pada informasi tren pasar yang dia peroleh dari para pembeli di dalam maupun luar negeri.
Kenaikan harga batu bara bagi ARII merupakan berkah dan berdampak signnifikan bagi kinerja Perseroan. Pada kuartal III-2021, ARII berhasil meraih pendapatan usaha US$ 68,89 juta, naik 135,89% dibanding realisasi pendapatan di periode sama tahun 2020 sebesar US$ 29,20 juta.
Kenaikan pendapatan usaha membuat ARII mampu membukukan laba bersih sebesar US$ 1,17 juta di kuartal III-2021, padahal sebelumnya pada kuartal III-2020, perseroan masih menderita kerugian sebesar US$ 10,24 juta.