Marketnews.id Akan membaiknya perekonomian nasional di 2022 mendatang, membuat dunia usaha optimistik memanfaatkan momentum tersebut dengan melakukan ekspansi usaha.
PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk (IKAI) berencana akan menambah kapasitas produksi keramik untuk tujuan ekspor. Membaiknya perekonomian sejak kuartal ketiga tahun ini diharapkan terus berlanjut hingga 2022 mendatang agar perseroan pun dapat melakukan ekspansi usaha dengan meningkatkan kapasitas produksi keramik yang masih dimiliki.
Berencana tingkatkan kapasitas produksi, PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk (IKAI) menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 40% pada tahun 2022 mendatang. Selain itu, pada tahun ini perseroan bertekad menekan rugi bersih.
Senior Investment Analyst perseroan Aditama Wahyudi menjelaskan, target pertumbuhan ini akan dicapai dengan memanfaatkan momentum peningkatan kapasitas produksi. Peningkatan produksi itu, akan dilakukan perseroan secara bertahap mulai dari 2022 hingga akhir 2023.
“Dari sisi anak usaha pada bidang keramik, kami akan kembali menyalakan line 2 pada awal 2022 dan line 3 pada akhir 2023,” jelasnya dalam paparan publik, Kamis , 16 Desember 2021.
Berdasarkan catatan redaksi, ekspansi seiring dengan rencana perseroan untuk memperluas pasar ekspor ke Australia dan Eropa tahun 2021. Ekspansi akan direalisasikan melalui anak usahanya PT Internusa Keramik Alamasri ( INKA ).
Pangsa pasar yang dituju yakni negara ekspor, seperti Jepang, Australia, Korea hingga Kanada.
Untuk diketahui, hingga November 2021, total produksi keramik mencapai 878 ribu meter persegi. Kapasitas saat ini untuk line produksi 1, adalah 990 ribu sehingga secara utilisasi, sudah mencapai 89%, terkait production yield PT Internusa Keramik Alamasri ( INCA ).
“Sedangkan dari sisi operasional, perseroan akan meningkatkan human resources sehingga rencana ekspansi akan berjalan sesuai dengan rencana,” ujarnya.
Lebih lanjut, Aditama juga mengatakan, pada tahun 2022 mendatang perseroan juga akan meningkatkan efisiensi biaya dan financing cost dari sisi anak usaha yang bergerak pada bidang perhotelan dengan merek Swiss Belinn. Begitu juga dengan struktur permodalan, tak lepas dari perhatian perseroan.
“Jika memang nantinya kondisi pandemi dapat membaik, otomatis kondisi anak usaha hotel kami juga harusnya turut membaik. Kami juga, akan melakukan optimalisasi produk dan branding ,” kata dia.
Adapun soal capex tahun depan, perseroan memperkirakan sebanyak Rp 30 miliar akan dipergunakan atas rencana ekspansi tersebut, Namun, perkiraan ini masih akan berubah sejalan dengan kebutuhan perseroan selama proses di lapangan.
Sementara itu, pada akhir tahun 2021 Head of Finance & Accounting IKAI Tommy Atmojo mengatakan, berharap pendapatan yang dapat diraih sebanyak Rp 182 miliar. Meski bottom line diproyeksikan masih tertekan, perseroan berharap rugi bersih menurun hingga Rp 45 miliar dari sebelumnya Rp 75 miliar.
Hingga September 2020 alias kuartal III-2021, IKAI membukukan pendapatan Rp 49,03 miliar, turun hingga 14,3% dari realisasi periode sama tahun sebelumnya. Rugi bersih turun Rp 58,34 miliar atau turun dari realisasi periode sama tahun lalu dengan rugi bersih berjumlah Rp 61,2 miliar.
Penurunan rugi bersih ditopang peningkatan penjualan keramik ditambah kenaikan kontribusinya mencapai 40% terhadap total pendapatan, dibandingkan kontribusi periode sama tahun lalu hanya 2%.
Pihaknya mengakui bahwa perseroan tetap pruden dan kondisi aman. Current Ratio berhasil mengalami peningkatan menjadi 0,96x pada 9M20, dibandingkan dengan 0,79x pada akhir 2019.