Marketnews.id Bank BCA Syariah berharap hingga Desember 2021 pertumbuhan anak usaha dari Bank BCA ini dapat tumbuh hingga dua digit. Optimisme ini disadari pada kinerja hingga Nopember 2021 dimana terjadi pertumbuhan aset 15,66 persen yoy dari Rp8,8 triliun jadi Rp10,22 triliun. Penyaluran kredit tumbuh hingga 7,44 persen dan pendanaan meningkat hingga 15,64 persen.
Bank Central Asia Syariah (BCA Syariah) mencatatkan pertumbuhan kinerja yang positif hingga November 2021 lalu. Anak usaha BBCA ini mampu mencatat pertumbuhan aset sebesar 15,66 persen year on year (yoy) menjadi Rp10,22 triliun dari sebelumnya Rp8,8 triliun.
Menurut Direktur PT BCA Syariah, Pranata, pada periode itu perusahaan juga mampu mendorong peningkatan pembiayaan atau penyaluran kredit sebesar 7,44 persen dari Rp5,42 triliun menjadi Rp5,82 triliun. Kemudian untuk pendanaan, BCA Syariah mencatatkan peningkatan sebesar 15,64 persen dari Rp6,28 triliun menjadi Rp7,27 triliun.
“Total aset kita naik 15,67 persen yoy, dan untuk financing kita 7,4 persen. Mudah – mudahan sampai akhir Desember 2021 ini kita bisa sampai double digit,” kata Pranata dalam workshop virtual, Jumat, 24 Desember 2021.
Lebih rinci kucuran pembiayaan yang dilakukan BCA Syariah lebih dominan di sektor komersil yang mencapai 75,44 persen. Kemudian untuk sektor konsumer porsi pembiayaan yang dilakukan BCA Syariah sebesar 3,44 persen dan porsi UMKM 21,13 persen.
“Kita tidak akan menutup diri pada semua sektor tapi kita akan lihat pemain di sektor itu yang cukup kuat siapa, ada sektor yang tumbuh kuat seperti sektor ecommerce,” lanjutnya.
Di tahun 2022 mendatang, Pranata meyakini kinerja bisnisnya akan lebih moncer. Pasalnya perbankan syariah khususnya BCA Syariah memiliki pondasi yang cukup kuat dibandingkan kompetitornya. Hal itu bisa terjadi manakala tidak ada lagi kebijakan PPKM Darurat atau PSBB yang dapat membatasi mobilitas masyarakat.
“Kalau masih ada pembatasan ini tentu akan berpengaruh pada pertumbuhan kredit ke depan. Jika memang ada varian baru tentu ini juga akan menganggu. Sebagai pengusaha hotel atau resto misalnya tentu mereka akan wait and see apakah ada kebijakan lagi dan akan meningkatkan PPKM yang akan berimbas pada bisnisnya,” pungkas Pranata.