Marketnews.id Mulai menurunnya jumlah pasien Covid-19 dibeberapa negara Asia sudah mulai berdampak pada aktifitas produksi pabrikan manufaktur.
Hasil survei bisnis yang dirilis hari ini memperlihatkan indeks manufaktur industri dibeberapa negara Asia mengalami.peningkatan setelah mengalami penurunan saat gelombang pendemi Delta mencapai puncaknya pada bulan Juli hingga Agustus lalu.
Peningkatan Indeks (PMI) mulai terjadi bulan September di beberapa negara Asia termasuk Indonesia di dalamnya. Untuk Indonesia indeks PMI mengalami peningkatan menjadi 57,2 dari sebelumnya 52,2
Aktivitas manufaktur Asia meningkat sepanjang Oktober, karena meredanya kasus penularan Covid-19 di emerging market. Namun kenaikan biaya input, kekurangan bahan dan perlambatan pertumbuhan China mengaburkan prospek kawasan itu.
Hasil survei bisnis yang dirilis hari ini menunjukkan para pembuat kebijakan di Asia menghadapi berbagai hambatan, saat mengarahkan perekonomiannya keluar dari kelesuan yang disebabkan oleh pandemi.
Pada saat yang sama, mereka juga harus berusaha menjaga pergerakan harga agar tetap terkendali di tengah meningkatnya biaya komoditas dan kekurangan suku cadang.
Aktivitas pabrik China pada Oktober lalu, bergerak dengan laju tercepatnya dalam empat bulan terakhir. Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur Caixin/Markit yang dirilis hari ini menunjukkan kenaikan karena berkurangnya kasus Covid-19 yang mendorong permintaan domestik.
Tetapi sub-indeks untuk output menunjukkan produksi menyusut untuk bulan ketiga berturut-turut, karena kekurangan listrik dan kenaikan biaya.
Hal ini sejalan dengan PMI resmi China yang dirilis Minggu kemarin yang menunjukkan aktivitas pabrik pada Oktober menyusut lebih dari yang diharapkan.
“Kekurangan bahan baku dan melonjaknya harga komoditas, dikombinasikan dengan masalah pasokan listrik, menciptakan kendala yang kuat bagi produsen dan mengganggu rantai pasokan,” kata Wang Zhe, ekonom senior di Caixin Insight Group, seperti dikutip Reuters, Senin, 1 Nopember 2021.
Aktivitas pabrik pada bulan Oktober meningkat di Vietnam, Indonesia dan Malaysia karena operasional pabrik secara bertahap menjadi normal kembali, pasca lonjakan infeksi Covid-19.
Taiwan juga mengalami peningkatan pertumbuhan aktivitas manufaktur karena permintaan chip yang kuat.
Sedangkan aktivitas pabrik Jepang di bulan Oktober berkembang dengan laju tercepat dalam enam bulan terakhir, sinyal menggembirakan bagi ekonomi terbesar ketiga di dunia itu.
Namun pemulihan Asia terlihat yang tidak merata, aktivitas pabrik Korea Selatan di bulan Oktober naik dengan laju paling lambat dalam 13 bulan, karena produksi menyusut dan permintaan yang lebih lemah.
Kekurangan bahan dan gangguan pengiriman mendorong harga input Jepang meningkat tertinggi dalam lebih dari 13 tahun.
“Meskipun PMI Manufaktur Oktober menunjukkan kenaikan yang kuat dalam output manufaktur, industri kemungkinan akan mengalami backlog pesanan yang sangat besar selama beberapa bulan mendatang, dan mengakibatkan kekurangan pasokan lebih jauh,” kata Alex Holmes, ekonom EM Asia di Capial Economy.
Angka final PMI au Jibun Bank of Japan untuk Oktober naik menjadi 53,2 dari 51,5 di bulan sebelumnya, meningkat untuk kesembilan bulan berturut-turut.
PMI Korea Selatan, sebaliknya, turun menjadi 50,2 pada Oktober dari 52,4 pada September, meskipun berhasil bertahan di atas ambang batas 50 yang mengindikasikan ekspansi dalam aktivitas, selama 13 bulan berturut-turut.
Sementara itu, PMI Vietnam naik menjadi 52,1 dari 40,2 pada September, sedangkan Indonesia meningkat menjadi 57,2 dari 52,2, menurut survei. Indeks Malaysia berada di 52,2, naik dari 48,1.
EM Asia telah tertinggal dari negara maju dalam pemulihan dari pandemi karena penundaan peluncuran vaksin dan lonjakan kasus varian Delta yang menekan konsumsi dan produksi pabrik.