Home / Corporate Action / ESDM : Hilirisasi Jadi Jawaban Buat Industri Batubara Agar Tetap Survive

ESDM : Hilirisasi Jadi Jawaban Buat Industri Batubara Agar Tetap Survive

Marketnews.id Industri batubara nasional harus segera bertranformasi bila ingin bisnisnya tetap berlangsung. Seperti diketahui, produk batubara domestik 90 persennya adalah batubara berkalori sedang dan rendah dimana harganya kurang kompetitif di pasar global.

Untuk mendukung transformasi industri batubara, Pemerintah telah melakukan beberapa langkah seperti skenario insentif bagi industri yang akan menjalankan hilirisasi seperti diberikannya royalti batubara untuk gasifikasi hingga 0 persen.

Pemerintah memastikan masa depan industri batubara adalah inovasi dan hilirisasi. Jika perusahaan tambang batubara enggan melakukan transformasi bisnis dengan menggenjot hilirisasi, maka akan semakin sulit bersaing di pasar domestik atau global.


Ridwan Djamaluddin, Direktur Jenderal Mineral dan Batu bara (Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ( ESDM ) mengatakan kunci dari daya saing industri batubara adalah hilirisasi. Maka pemerintah terus mendorong agar program ini bisa berjalan dengan baik. Terlebih produk batubara domestik 90 persennya adalah batubara berkalori sedang dan rendah dimana harganya kurang kompetitif di pasar global.


“Hilirisasi adalah pilihan realistis untuk menjaga keberlangsungan industri batubara. Ini realita yang kita hadapi saat ini,” kata Ridwan dalam keterangannya, Sabtu (20/3).


Dijelaskan bahwa untuk menjalankan hilirisasi batubara memang tidak mudah, namun hal itu mau tidak mau harus segera dimulai. Untuk itu pemerintah mencoba menyiapkan beberapa skenario insentif bagi industri yang mau menjalankan hilirisasi batubara. Di hulu misalnya diberikan royalti batubara untuk gasifikasi hingga 0 persen.


Kemudian ada juga formula harga khusus batu bara untuk hilirisasi batubara. Di midstream ada tax holiday, pembebasan PPN, serta pembebasan PPN EPC kandungan lokal. Tidak hanya itu, insentif juga disiapkan di sisi hilir yakni dengan adanya harga patokan batubara, pengalihan sebagian subsidi LPG ke DME.


“Lalu yang paling penting adalah kepastian offtaker di hilir terhadap produk hilirisasinya,” ungkap Ridwan.
Ridwan mengapresiasi upaya yang dilakukan dua perusahaan tambang yang telah memulai inisiatifnya melakukan diversifikasi produk batubara yakni PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Kaltim Prima Coal (KPC) yang menjadi perusahaan dari PT Bumi Resources Tbk (BUMI).


PTBA memulai proyek hilirisasi batubara dengan harapan bisa menghasilkan produk Dimethyl Ether (DME), methanol dan Mono Ethylene Glycol (MEG). Proyek yang dikerjakan bersama Pertamina dan Air Product tersebut berlokasi di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Sementara proyek dari KPC tengah mengerjakan proyek hilirisasi dengan produk methanol mencapai 1,8 juta ton per tahun.


“Jadi upaya ini (hilirisasi) akan membantu negara untuk hemat devisa. Dalam kondisi negara yang sedang membangun, tentu penghematan ini akan terasa,” kata Ridwan.

Check Also

Jelang Nataru 2024/2025, Pertamina Pastikan Kebutuhan Energi Nasional Terpenuhi

MarketNews.id-PT Pertamina (Persero) pastikan ketersediaan energi nasional jelang perayaan Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *