Marketnews.id Pemerintah secara resmi telah membuat badan usaha perusahaan baterai yakni Indonesia Battery Corporation (IBC). Perusahaan holding dari empat BUMN ini dipastikan berada dalam rantai bisnis yang dijalankan dari hulu hingga hilir. Keempat BUMN itu adalah PT Antam, MIND ID , Pertamina dan PLN. Untuk selanjutnya, Pemerintah tidak memungkiri akan mengundang perusahaan asing yang kompeten dibidang baterai untuk kendaraan listrik.
Pemerintah melalui Kementerian BUMN meresmikan pendirian perusahaan baterai raksasa yaitu Indonesia Battery Corporation (IBC). Perusahaan ini merupakan holding dari empat perusahaan BUMN yaitu MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN dan PT Pertamina (Persero).
Perusahaan holding ini sebagai upaya untuk merespons potensi permintaan produk baterai untuk kendaraan listrik yang diperkirakan akan terus mengalami peningkatan.
Menteri BUMN , Erick Thohir, menjelaskan bahwa pendirian yang baru dilakukan dalam bentuk legal standing ini diharapkan segera ditindaklanjuti sehingga IBC benar-benar bisa terwujud pabriknya. Diperkirakan dalam membangun IBC ini dibutuhkan dana investasi hingga USD17 miliar. Namun capex ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan perkembangan yang terjadi di lapangan.
“Ini belum selesai, karena ini baru sebatas di atas kertas doang, ini harus dibuktikan, diharapkan pada 2022-2023 hasil produksi bisa kita tunggu. Yang terpenting adalah eksekusi,” kata Erick dalam konferensi pers virtual, Jumat (26/3).
Erick menegaskan bahwa pendirian pabrik baterai raksasa ini akan terintegrasi mulai dari hulu hingga hilir. Keempat anggota holding dipastikan akan berada di dalam rantai bisnis yang dijalankan dari hulu hingga hilir. Dengan begitu diharapkan hasil produksi dan pemberdayaan sumber daya alam serta transfer teknologi bisa dilakukan oleh perusahaan dan insan dalam negeri.
Diakuinya dalam membangun pabrik ini, IBC juga bakal menggandeng perusahaan asing yang kompeten di bidang baterai untuk kendaraan listrik seperti Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. ( CATL ) dan LG Chem Ltd.
Namun selain dua perusahaan produsen baterai listrik internasional ini, pihaknya masih terus membuka kesempatan bagi perusahaan lainnya untuk ikut bergabung dengan suksesnya pendirian pabrik terintegrasi ini.
“Kita buka kerja sama dengan partner lain, maka di pertengahan April nanti, saya bersama Pak Luhut (Luhur Binsar Pandjaitan) dan Menteri Perdagangan (Muhammad Lutfi) akan ke Amerika melihat potensi kerjasama dengan mereka. Kita juga akan datangi Jepang untuk berbicara hal yang sama,” ulas Erick.
Di tempat yang sama Wakil Menteri BUMN , Pahala Mansury, menambahkan bahwa untuk step awal, pembangunan pabrik baterai terintegrasi ini bisa memproduksi baterai berkapasitas antara 10-30 GWh (Giga Watt Hour). Ditargetkan pada tahun 2040 mendatang total produksi baterai bisa mencapai 140 GWh.
“Kita mulai investasi untuk pengembangan baterai yang ada di hilir, kita akan investasi pembangunan pabrik baterai dan diharapkan tahun 2021-2023 diharapkan sudah ada impact,” kata dia.