Marketnews.id Masih tertahannya konsumsi masyarakat golongan menengah dan atas selama ini, berdampak pada lemahnya belanja pada kendaraan dan properti. Pemerintah telah mengeluarkan stimulus buat sektor otomotif agar terjadi peningkatan daya beli terhadap otomotif. Dengan adanya stimulus dibidang otomotif, diharapkan masyarakat menengah membelanjakan uang nya untuk membeli kendaraan dan terjadi pertumbuhan ekonomi.
Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa saat ini tingkat konsumsi masyarakat menengah ke atas masih tertahan. Hal itu berdampak pada peningkatan nilai tabungan yang tersimpan di perbankan.
Jika hal ini terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama, akan membahayakan karena pertumbuhan ekonomi nasional juga akan ikut tertahan bahkan bisa terkoreksi lebih dalam.
Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI, Juda Agung menjelaskan, rendahnya belanja masyarakat menengah ke atas ini karena terimbas kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat ( PPKM ). Akibatnya belanja kendaraan ataupun properti mengalami slow down .
“Tren tabungan yang tersimpan dengan nilai Rp100 juta sampai Rp2 miliar mencapai 12,7 persen dan yang di atas Rp2 miliar masih 27 persen. Ini menunjukkan masyarakat belum melakukan konsumsi layaknya saat kondisi normal,” kata Juda dalam keterangannya, Senin (22/2).
Padahal sektor otomotif dan properti memiliki multiplier effect yang sangat besar baik dari sisi lapangan kerja atau jenis usaha turunannya. Apabila belanja kendaraan dan properti terus turun, Juda mengatakan, maka faktor penggerak ekonomi menengah ke bawah juga akan melemah.
Hal inilah yang menyebabkan faktor belanja rumah tangga untuk kelas menengah ke bawah juga masih belum bergerak signifikan. Sementara itu, 60 persen PDB nasional digerakkan oleh konsumsi rumah tangga.
Juda menambahkan, setelah adanya penurunan suku bunga acuan oleh BI, kini tren peningkatan simpanan dari masyarakat golongan menengah ke atas mulai menurun. Mereka mulai mengalihkan dana simpanannya ke produk-produk dengan tingkat return yang lebih tinggi seperti deposito, emas atau reksa dana.
“Mereka mencari outlet penempatam yang punya return tinggi. Ini terlihat dari investasi rumah tangga di saham, emas, pasar modal, obligasi,” ulasnya. Diharapkan mereka juga dapat mengalihkan dananya untuk investasi di sektor properti atau pembelian kendaraan.