Home / Otoritas / Bank Indonesia / BI : Penjualan Ritel Membaik Meski Masih Di Zona Negatif

BI : Penjualan Ritel Membaik Meski Masih Di Zona Negatif

Marketnews.id Perlahan tapi pasti, penjualan ritel mulai memperlihatkan geliatnya meskipun masih dalam tataran kontraksi. Hal ini tercermin dari mulai berkurangnya kontrasi dari minus 5,3 persen menjadi minus 1,2 persen. Bagaimanakah tren dalam beberapa bulan ke depan. Apakah akan tumbuh positif sesuai harapan banyak pihak, dimana perekonomian akan tumbuh hingga lima persen di tahun ini.

Penjualan eceran secara bulanan tumbuh membaik ditopang oleh sebagian besar kelompok barang. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) November 2020 yang tumbuh -1,2 persen (mtm) atau membaik dari -5,3 persen (mtm) pada Oktober 2020.


Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Erwin Haryono, menjelaskan perbaikan terjadi pada sebagian besar kelompok barang. Penjualan sandang, bahan bakar kendaraan bermotor, serta suku cadang dan aksesoris tumbuh positif.

Secara tahunan, kinerja penjualan eceran periode November 2020 mengalami kontraksi dengan pertumbuhan IPR sebesar -16,3 persen (yoy) atau lebih dalam dari -14,9 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.


“Ini terutama dipengaruhi oleh kelompok peralatan informasi dan komunikasi serta perlengkapan rumah tangga Lainnya,” ujar Erwin dalam keterangannya, Selasa (12/1).


Pada Desember 2020, kinerja penjualan eceran secara bulanan diperkirakan meningkat. IPR Desember 2020 diprakirakan tumbuh sebesar 2,9 persen (mtm), didorong oleh meningkatnya permintaan masyarakat pada saat Hari Besar Keagamaan Nasional ( HBKN ) natal dan tahun baru.


“Seluruh kelompok diperkirakan mengalami pertumbuhan yang positif, terutama pada kelompok peralatan informasi dan komunikasi serta perlengkapan rumah tangga lainnya. Secara tahunan, kinerja penjualan eceran pada Desember 2020 kami perkirakan masih dalam fase kontraksi dengan pertumbuhan IPR sebesar -20,7 persen (yoy),” sambung Erwin.


Dari sisi harga, tekanan inflasi pada 3 bulan mendatang (Februari 2021) juga diperkirakan meningkat. Sementara pada 6 bulan mendatang (Mei 2021) menurun. Indikasi peningkatan harga pada Februari 2021 tersebut tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) 3 bulan yang akan datang sebesar 150,4 poin atau lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 139,8 poin.

Peningkatan harga diperkirakan dipengaruhi perayaan keagamaan dan gangguan distribusi akibat cuaca yang kurang mendukung.


“Sementara itu, IEH 6 bulan yang akan datang sebesar 161,7 lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 163,9 sejalan dengan pasokan yang relatif terjaga saat momen ramadan dan idul fitri didukung oleh distribusi yang lancar,” pungkasnya.

Check Also

BEI Pertanyakan Alasan DEWA Tetapkan Harga Private Placement Rp65 Per Saham

MarketNews.id-Bursa Efek Indonesia (BEI), menelisik penetapan harga pelaksanaan Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *