Marketnews.id Pemerintah berupaya meningkatkan daya saing produk pertanian, perkebunan dan peternakan di pasar global dengan memperbesar skala usaha melalui integrasi area produksi dan integrasi hulu hilir.
“Tentu dengan memasukkan unsur teknologi, modal, dan akses distribusi sehingga bisa mendekatkan dari petani ke pasar,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam webinar terkair pangan dan gizi secara berkelanjutan di Jakarta, Sabtu.
Menurut dia, strategi yang ditempuh berupa pemetaan lahan dan potensi produk tiap wilayah (One Village One Product), dan pengembangan kemitraan hulu-hilir.
Seperti diketahui, hingga September 2020, total akumulasi penyaluran KUR di sektor pertanian mencapai Rp38,15 triliun.
Penyaluran KUR sektor pertanian didominasi oleh Sub Sektor Pertanian Padi sebesar Rp7,9 triliun, diikuti oleh Sub Sektor Perkebunan Kelapa Sawit sebesar Rp7,0 triliun, dan Sub Sektor Pertanian Hortikultura dan Lainnya sebesar Rp4,7 triliun, ujar Airlangga Hartarto.
Melalui pengembangan pertanian berkelanjutan, Airlangga menjelaskan pemerintah berusaha meningkatan skala usaha melalui integrasi area produksi dan integrasi hulu hilir. “Tentu dengan memasukkan unsur teknologi, modal, dan akses distribusi sehingga bisa mendekatkan dari petani ke pasar,” ujar Airlangga.
Strategi yang ditempuh berupa pemetaan lahan dan potensi produk tiap wilayah (One Village One Product), pengembangan kemitraan hulu-hilir, akses pembiayaan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR), penerapan teknologi, serta kemudahan pembentukan koperasi maupun Perseroan Terbatas (PT).
Airlangga pun menerangkan, model kemitraan pengembangan kawasan hortikultura berorientasi ekspor, yang dilakukan di beberapa lokasi antara lain di Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Garut, Kabupaten Jembrana, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Blitar, Kabupaten Jombang, dan Kabupaten Banyuwangi.
“Pemerintah juga tengah menyiapkan program peningkatan penyediaan pangan (food estate) di Kalimantan Tengah,” lanjut Airlangga.
Tak lupa, Airlangga memaparkan tentang pemberian izin akses lahan hutan melalui Program Perhutanan Sosial. “Dengan adanya program perhutanan sosial ini, maka kehidupan petani diharapkan menjadi lebih baik karena pendapatan mereka bertambah dari hasil pemanfataan hutan, sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat,” jelas Airlangga.
Dalam hal peningkatan daya saing produk perkebunan, beberapa program yang menjadi perhatian Pemerintah antara lain: pembangunan logistik benih; peningkatan produksi dan optimasi lahan; peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan kelembagaan ekonomi pekebun; inisiasi sistem Tracebility dan Sustainability; peningkatan akses pembiayaan perkebunan; digitalisasi dan e-commerce; serta transformasi ekspor.
“Beberapa produk perkebunan yang memiliki daya saing tinggi adalah Kelapa Sawit, Karet, Kakao, Kopi, dan Kelapa. Kita sendiri juga punya program yang akan terus didorong yaitu pengembangan kelapa sawit sebagai energi,” tutur Airlangga.
Lalu mengenai program peningkatan daya saing produk peternakan, Airlangga menjelaskan tentang pengembangan peternakan terintegrasi antara Ternak dengan Tanaman Perkebunan dalam rangka efisiensi biaya produksi.
“Ada beberapa best practice yang sudah dilakukan oleh korporat besar. Tentunya ini harus kita dorong untuk bisa direplikasi dalam skala yang lebih kecil, baik untuk koperasi maupun peternakan masyarakat,” harap Airlangga.
Sebagai informasi, ekspor sektor pertanian mengalami kenaikan signifikan di masa pandemi Covid-19. Pada bulan September 2020 kontribusi sektor pertanian sebesar 3 persen dari total ekspor Indonesia, dengan nilai ekspor mencapai 0,4 miliar USD. Ekspor sektor pertanian di bulan September 2020 naik 16,2% (YoY) dan 20,8% (MoM).