Marketnews.id Penjualan eceran periode Maret 2020 mengalami penurunan hingga 4,5 persen dibanding tahun lalu. Penurunan tersebut bersumber dari kontraksi penjualan pada hampir seluruh kelompok komoditas, kecuali kelompok makanan, minuman dan tembakau. Sektor ritel ini termasuk lini usaha yang terpapar langsung Covid-19.
PT Matahari Putera Prima salah satu emiten yang bergerak dalam bidang retail termasuk yang mengalami penurunan sejak tahun 2018 lalu, bahkan menderita kerugian dalam dua tahun terakhir.
Sepanjang 2019 lalu PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) mencatat penurunan penjualan hingga 19,06 persen menjadi Rp8,65 triliun.
Adapun penjualan MPPA didominasi penjualan di segmen eceran dengan proporsi sebesar 96,67 persen sepanjang tahun lalu. Sementara sisanya disumbang segmen grosir.
Produk segar mencatat pertumbuhan berkelanjutan yang kuat sebesar 4 persen dengan kontribusi penjualan 24 persen dari total penjualan pada tahun lalu.
Di awal 2019, MPPA merilis format toko baru bertajuk HyFresh, konsep toko yang fokus pada produk segar dan kelontong dengan harga kompetitif untuk menarik minat rumah tangga untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari.
Pada tahun lalu, MPPA juga fokus menghadirkan penawaran produk yang paling tepat dan mengurangi barang yang tidak produktif dengan perputaran lambat. Upaya ini menghasilkan arus kas yang lebih baik dan mengurangi Out of Stock (“OOS”). Tingkat Perputaran persediaan tercatat 55 hari, lebih pendek dari tahun 2018 selama 58 hari.
“Strategi tersebut ditambah dengan kebijakan penetapan harga yang baru, telah secara substansial meningkatkan marjin laba bruto menjadi 18,3 persen dari penjualan, meningkat 441 basis poin dari 2018,” tulis manajemen MPPA dalam keterangan resmi , Selasa (12/5).
Di sisi lain, walau masih menderita kerugian, jumlah kerugian yang ditanggung berkurang cukup signifikan. Rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menurun dari posisi Rp898,27 miliar pada 2018 menjadi Rp552,68 miliar pada 2019.
Usaha perusahaan menekan rugi dilakukan dengan efisiensi di hampir semua pos beban seperti beban pokok penjualan dan beban penjualan yang menurun masing-masing 23,2 persen dan 14,22 persen.
Manajemen MPPA menyebut, langkah-langkah efisiensi operasional yang telah dilaksanakan sejak akhir 2017 telah menghasilkan perbaikan substansial pada struktur biaya di mana biaya pemasaran serta umum dan administrasi pada tahun 2019 turun sebesar 14,3 persen dengan penghematan total sebesar Rp299 miliar.
Perseroan juga mengklaim terus mengurangi bisnis B2B yang bermarjin rendah dan mengarahkan sumber daya untuk mendukung pertumbuhan bisnis ritel, walaupun hal ini menyebabkan total penjualan bersih tergerus.
Sementara itu, total aset perusahaan turun 20,54 persen dari posisi Rp4,81 triliun menjadi Rp3,82 triliun pada tahun lalu. Penurunan aset itu antara lain disebabkan oleh penurunan total liabilitas dan ekuitas perusahaan terkoreksi masing-masing 10,09 persen menjadi Rp3,29 triliun dan 53,82 persen menjadi Rp530,68 miliar.
Sebagai informasi berdasarkan data, MPPA mengelola tujuh jenis gerai ritel, meliputi 102 gerai Hypermart, 17 gerai Primo Supermarket, delapan gerai Foodmart Fresh, delapan gerai HyFresh, 69 Boston Health and Beauty, 16 gerai Foodmart Express, dan satu SmartClub.
Tahun ini, MPPA mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai Rp 150 miliar-Rp 200 miliar, tapi bukan untuk menambah gerai tapi untuk fokus renovasi dan penyegaran gerai yang ada.