Marketnews.id Bisnis sewa menyewa menara buat tower perusahaan telekomunikasi, memang bisnis yang menggiurkan . Buktinya, PT Sarana Menara Nusantara Tbk, berhasil meningkatkan pendapatan usahanya dan berdampak pada peningkatan laba bersih yang diperoleh perseroan sepanjang tahun 2019 lalu.
PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) , membukukan laba bersih Tahun Buku 2019 sebesar Rp2,35 triliun atau meningkat dibandingkan perolehan di sepanjang 2018 yang sebesar Rp2,2 triliun. Perolehan laba 2019 tersebut ditopang oleh peningkatan pendapatan TOWR sepanjang tahun lalu, yang mencapai Rp6,45 triliun, naik dari Rp5,87 triliun pada 2018.
Sementara itu, beban pokok pendapatan TOWR di 2019 tercatat sebesar Rp1,81 triliun atau lebih besar dibanding beban selama 2018 yang senilai Rp1,54 triliun. Sehingga, laba bruto perseroan pada tahun lalu mencapai Rp4,65 triliun atau mengalami peningkatan dari raihan pada setahun sebelumnya yang senilai Rp4,33 trililiun.
Berdasarkan keterbukaan informasi TOWR yang dilansir Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Senin (13/4), emiten anggota Indeks Kompas100 ini, mengalami peningkatan liabilitas secara signifikan pada tahun lalu. Per 31 Desember 2019, total liabilitas TOWR mencapai Rp18,91 triliun, atau meningkat 26,7 persen ( year-on-year ).
Per akhir 2019, liabilitas jangka pendek tercatat sebesar Rp4,57 triliun dan jangka panjang senilai Rp14,34 triliun. Sedangkan jumlah ekuitas per akhir 2019 senilai Rp8,76 triliun atau lebih rendah dibanding posisi per akhir 2018 sebesar Rp22,96 triliun.
Total aset TOWR per 31 Desember 2019 tercatat mencapai Rp27,67 triliun atau meningkat dari posisi per 31 Desember yang sebesar Rp22,96 triliun. Adapun aset lancar perseroan per akhir 2019 senilai Rp2,47 triliun, sedangkan aset tidak lancar sebesar Rp25,19 triliun.
Manajemen TOWR menyebutkan, peningkatan total aset perseroan per 31 Desember 2019 sebesar 20,5 persen (yoy) disebabkan oleh akuisisi 1.000 menara PT Indosat Tbk (ISAT), konsorsium Iforte HTS dan Istana Kohinor, selain pertumbuhan organik. Sedangkan, peningkatan liabilitas di 2019 sebesar 26,7 persen (yoy) dikarenakan membiayai akuisisi tersebut.